Cerita Pendaki Soal Bahaya Puncak Garuda Sebelum dan Sesudah Erupsi 2010

Pendaki Jatuh di Kawah Merapi

Cerita Pendaki Soal Bahaya Puncak Garuda Sebelum dan Sesudah Erupsi 2010

Taufan Noor Ismailian - detikNews
Rabu, 20 Mei 2015 13:19 WIB
kiri: puncak merapi setelah erupsi 2010 kanan: sebelum erupsi 2010
Jakarta - Tak lengkap rasanya bagi seorang pendaki bila tidak menaiki batu curam 'Garuda' di Puncak Gunung Merapi. Walau sudah dilarang dan berbahaya, tapi tetap saja banyak yang nekat memanjatnya. Setelah erupsi tahun 2010, tingkat risikonya bahkan semakin tinggi, dan sudah terbukti pada Erri Yunanto, mahasiswa yang terjatuh ke kawah.

Fandi, salah seorang pendaki yang berpengalaman menaiki puncak Merapi bercerita, tekstur batu puncak Garuda sebelum erupsi 2010 lebih kokoh dibandingkan yang sekarang. Pria yang sudah naik ke Puncak Merapi 3 kali sebelum erupsi 2010 dan 4 kali setelahnya itu, merasakan ada bahaya baru yang mengancam para pendaki di puncak Garuda.

"Yang lama tekstur batunya lebih kokoh daripada yang baru. Yang ke puncak baru sekarang pasti ngerasain banget tekstur bebatuan jalur ke puncak lebih rawan longsor ketimbang dulu," ceritanya kepada detikcom, Rabu (20/5/2015).

Dari warna batuan bisa juga terlihat perbedaannya. Kondisi puncak Merapi sebelum erupsi didominasi abu-abu putih, sekarang warnanya lebih pekat. Menurut Fandi, itu pertanda bebatuan tersebut dikeluarkan dari perut Merapi.

Pria asal Pati, Jawa Tengah ini punya pengalaman tersendiri saat menaiki puncak Garuda, batuan curam yang juga dinaiki oleh Erri Yunanto. Menurut dia, tidak gampang memanjat batuan tersebut. Dia juga mengakui, ada bahaya yang mengancam keselamatan jiwa di atasnya.



"Kesulitan maybe tingkat kemiringan puncak Garuda-nya. Harusnya kalau ke puncak Garuda harus dengan alat safety climbing yang mumpuni untuk keselamatan masing-masing para pendaki. Yang terjadi pada umumnya, orang yang mendaki gunung yang masih awam, menomorduakan masalah self safety," sarannya.

Penjelasan ilmiah soal perubahan di Puncak Garuda juga sudah disampaikan oleh Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono. Menurut pria yang biasa disapa Mbah Rono ini, kondisi tekstur bebatuan di puncak Gunung Merapi usai letusan terakhir mudah terlepas.

"Otomatis setelah letusan tahun 2010 terjadi penggelembungan kubah merapi besar-besaran, dan letusan itu membuat bagian-bagian di sekitar merapi menjadi labil," ujarnya.

Menurutnya, setelah letusan tahun 2006, puncak Garuda hanya tersisa sedikit. Lantas di letusan tahun 2010 telah mengakibatkan puncak Garuda benar-benar hancur. "Kondisi tanah di Gunung Merapi sekarang jauh banget dengan sebelumnya, sekarang mudah lepas batunya, sebelumnya relatif stabil," ungkapnya.

Dia pun punya pesan khusus bagi para pendaki yang ingin menikmati Merapi: jangan sampai ke Puncak.

"Ya memang kalau di atas antara hati dan pikiran menjadi berbeda, alam harus dihadapi secara berimbang. Rasa keinginan sampai puncak dengan bangganya kita kadang melanggar aturan. Saya kira ini (Erri) harus menjadi korban terakhir di Gunung Merapi," terang Surono.



(mad/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads