Berkaca dari Insiden Eri, Saatnya Menahan Diri Selfie di Puncak Tertinggi

Pendaki Jatuh di Kawah Merapi

Berkaca dari Insiden Eri, Saatnya Menahan Diri Selfie di Puncak Tertinggi

Rachmadin Ismail - detikNews
Selasa, 19 Mei 2015 11:19 WIB
Jakarta - Para pendaki gunung kini memiliki kebiasaan baru. Mendaki sampai puncak tertinggi, berfoto selfie, lalu memajangnya di media sosial. Dalam kondisi medan yang berbahaya, kegiatan itu bisa berakibat fatal seperti yang menimpa Eri Yunanto di kawah Merapi.

Eri terpeleset ke kawah Merapi setelah berfoto di batuan tinggi nan curam di puncak Garuda. Di lokasi itu, memang disebut-sebut sebagai puncak dari segala puncak di Merapi. Siapa pun yang berhasil menaklukannya, tak lengkap rasanya bila tak mengabadikannya.

Bila ditelusuri di media sosial, maka akan muncul banyak foto para pendaki di puncak batu Garuda yang juga dipijak Eri. Ada yang berpose mengepalkan tangan, duduk merenung, sampai memandang ke kawah.



Tak hanya di Merapi, beberapa puncak tertinggi gunung lainnya pun menyimpan bahaya. Salah satunya di puncak tertinggi gunung Raung, Banyuwangi, Jawa Timur. Di puncak tersebut, bebatuannya tidak stabil dan posisinya curam sama dengan Merapi. Namun banyak pendaki yang nekat berfoto di puncaknya.

Sebetulnya, larangan pendakian ke puncak dua gunung tersebut sudah diberlakukan. Walaupun statusnya dalam kondisi normal, namun selalu aktif dan setiap saat bisa berubah menjadi berbahaya.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono mengatakan bahwa pendaki sudah sejak lama dilarang mendaki hingga puncak Merapi. Mereka hanya boleh berjalan sampai pasar Bubar.

"Nah sebetulnya Merapi dalam kondisi normal, pendakian hanya boleh sampai Pasar Bubar (atau biasa dikenal juga dengan Pasar Bubrah). Tidak boleh sampai puncak," ujar pria yang biasa disapa Mbah Rono.

Surono menjelaskan bahwa asap dan gas berbahaya di puncak Meβ€Žrapi terlalu bahaya. Dia heran mengapa masih ada pendaki yang bisa mencapai puncak meski sudah ada larangan.

"Saya tidak tahu mengapa ada yang sampai ke puncak dan akhirnya terjadi seperti itu. Kami bukan mengelak, tapi kami memperhitungkan bahwa hal-hal berbahaya bisa saja terjadi di puncak," imbuhnya.

Pria yang akan memasuki masa pensiunnya pada Juli mendatang ini menegaskan larangan tersebut. "Di web, di pos, dan ada guide. Tidak perlu tiap hari woro-woro,"β€Ž tutur Surono.

(Rachmadin Ismail/Triono Wahyu Sudibyo)




Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads