Mudah Cari Pembunuh Bayaran

Wawancara Erlangga Masdiana

Mudah Cari Pembunuh Bayaran

- detikNews
Rabu, 16 Feb 2005 14:52 WIB
Jakarta - Kasus pembunuhan yang melibatkan pihak ketiga alias pembunuh bayaran marak belakangan ini. Masalah ekonomi dan loyalitas, salah satu faktor yang mendorong orang mau melakukan tindakan keji tersebut.Masih ingat kasus pembunuhan terhadap Presiden Direktur PT Asaba, Budiharto Angsono? Pehobi bola basket ini tewas ditembak di halaman parkir Sasana Krida GOR Penjaringan, Jalan Jembatan Tiga, Pluit, Jakarta Utara, pada 19 Juli 2003. Pelakunya sejumlah oknum TNI AL yang dibayar oleh bekas menantu korban sendiri, Gunawan Santosa.Sebelumnya, peristiwa sadis juga dialami Direktur Keuangan PT, Asaba, Paulus. Dia ditembak bertubi-tubi saat menggunakan mobil bossnya di depan Hotel Golden, Jakarta Pusat. Beruntung meski luka parah, Paulus bisa diselamatkan. Polisi memastikan penembak Paulus adalah juga penembak Budiharto.Kasus pembunuhan lain yang juga melibatkan pembunuh bayaran terjadi pada Imran Ray SH, awal September 2003. Terdakwa Dwi Arijanto kecewa kepada Imran yang dinilai telah ingkar janji. Dwi telah menyerahkan uang sebanyak Rp 650 juta kepada Imran untuk mengurus kepindahannya dari Kantor Pajak Surabaya, Jawa Timur, ke Jakarta. Namun mutasi yang diinginkan Dwi tidak juga terwujud. Dwi pun gelap mata dan membayar seorang bernama Yusuf Buka untuk menghabisi nyawa Imran.Awal Desember 2004, karena berebut harta gono-gini, LM (40), berniat menghabisi nyawa mantan istrinya. Bapak dua anak ini menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh Ny. Sudariningsih di Jl. Swadaya II, Jakarta Timur. Namun aksi itu gagal, polisi kemudian menangkap dalang penganiayaan bersama sang eksekutor.Pengacara kondang, Amir Syamsuddin seperti dikutip Tempo, juga mengaku nyaris jadi korban pembunuh bayaran yang datang ke kantornya. Saat itu Amir bukannya memanggil bagian keamanan, tapi ia mengajaknya masuk ke sebuah ruangan dan mengunci dari dalam. Hanya berdua di ruangan itu, lalu Amir menguji tekad si pembunuh bayaran. Akhirnya upaya pembunuhannya urung terjadi.Sebenarnya masih banyak kasus lain yang melibatkan pembunuh bayaran di Jakarta. Kasus terakhir yang menarik perhatian publik adalah pembunuhan terhadap Ny. Barkah Hanim, istri seorang Direktur di Badan Intelijen Negara (BIN). Ny. Barkah ditemukan tewas bersama sopirnya Rahmat (32) di dalam mobil L-300, B-9272-AZ di Jl. Raya Setu, Bintarajaya, Bekasi, Minggu sekitar pukul 03.30 WIB.Para pelaku berhasil ditangkap polisi beberapa hari setelah kejadian. Mereka terdiri dari 1 orang wanita dan 3 pria. Sang wanita yang berinisial ID ini diduga sebagai otak pembunuhan. Untuk sementara motif pembunuhan adalah masalah utang piutang. ID disebut-sebut kesal terhadap Barkah yang terus menagih utang terhadap dirinya. Memang belum terungkap apakah ID menjanjikan sejumlah uang atau sesuatu kepada 3 tersangka pelaku lainnya.Menurut Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Erlangga Masdiana, dalam terminologi pembunuh bayaran ada dua konsep, yakni pembunuh bayaran dan yang dibayar. Meski memiliki hasil kerja yang sama, yaitu menghilangkan nyawa orang lain, kedua konsep itu memiliki pengertian yang berbeda.Pembunuh bayaran adalah mereka yang sudah terorganisir secara rapi. Pembunuh bayaran bekerja secara profesional dan tidak memiliki ikatan emosional terhadap siapa pun, baik pemberi perintah maupun calon korban. Jadi pembunuh bayaran memang orang-orang yang profesional.Tidak demikian halnya dengan pembunuh yang dibayar. Mereka biasanya mau melakukan pekerjaan itu karena berbagai hal. Selain masalah ekonomi, juga ada ikatan emosional yang kuat antara pelaku dengan pemberi perintah. Dan yang pasti tidak berasal dari suatu kelompok yang.Demikian disampaikan Erlangga yang juga Ketua Program Studi S2 Kriminologi UI saat berbincang-bincang dengan detikcom melalui telepon, Rabu (16/2/2004). Berikut petikan lengkapnya:Pendapat anda mengenai pembunuh bayaran?Ada dua konsep mengenai hal itu, yakni pembunuh bayaran dan pembunuh yang dibayar. Pembunuh bayaran terorganisir dan profesional. Mereka bekerja dengan rapi.Pembunuh yang dibayar?Mereka tidak terorganisir. Mereka melakukan pembunuhan karena kondisi tertentu. Selain masalah ekonomi, mereka biasanya memiliki ikatan emosional atau loyalitas terhadap pemberi perintah, seperti seorang ajudan dan majikannya.Pelaku pembunuhan di Jakarta cenderung ke arah mana?Masih kepada pembunuh yang dibayar. Kalau pembunuh bayaran saya kira belum terlalu riskan.Bagaimana pembunuh bayaran bekerja?Ada sejumlah kontak person di Jakarta yang bisa menjadi fasilisator. Mereka bisa menghubungi kelompok yang siap melakukan eksekusi. Tetapi mereka bekerja sangat rapi dan tertutup.Berapa lama biasanya pelaku mempertimbangkan perintah itu?Tidak lama. Biasanya hanya hitungan jam tidak sampai berhari-hari. Terutama bagi mereka yang terdesak oleh kebutuhan ekonomi.Mengapa orang tega membunuh?Ada sejumlah faktor, yang paling dominan adalah masalah ekonomi dan moralitas. Mental untuk membunuh dibentuk oleh lingkungan yang violance (penuh kekerasan).Faktor keturunan?Kalau agresivitas memang ya. Tapi kalau mental membunuh tidak ditentukan oleh masalah gen atau keturunan. (djo/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads