Batas Aman Mendaki Merapi Hanya Sampai Pasar Bubrah

Pendaki Jatuh di Kawah Merapi

Batas Aman Mendaki Merapi Hanya Sampai Pasar Bubrah

Bagus Kurniawan - detikNews
Senin, 18 Mei 2015 16:19 WIB
Gunung Merapi. (Bagus Kurniawan/detikcom)
Yogyakarta - Meski Gunung Merapi saat ini berstatus Normal hingga, kegiatan pendakian hanya direkomendasikan sampai wilayah yang disebut Pasar Bubrah atau Pasar Bubar. Namun banyak pendaki yang melewati batas ini.

Rekomendasi itu datang dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Pendaki dilarang mendaki hingga puncak Merapi terutama puncak Garuda. Pendakian sampai ke puncak hanya untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.

Rekomendasi tersebut selalu dikeluarkan oleh BPPTKG seminggu sekali yang dikirimkan kepada instansi terkait baik pemerintah kabupaten yang ada di sekitar Merapi maupun instansi lain yang terkait.

Jalur pendakian hanya bisa dilakukan melalui jalur Selo, Boyolali. Sedangkan jalur lain seperti dari sisi selatan Sleman dan Klaten sudah tidak bisa dilalui pascaerupsi 2010.

Untuk mendaki melalui pos Selo, semua pendaki diharuskan melaporkan di pos Barameru. Pada saat Eri Yunanto bersama lima rekannya melakukan pendakian pada 15 Mei 2015 lalu, ada ratusan pendaki yang naik saat itu. Ada yang hanya sampai wilayah Pasar Bubrah atau Pasar Bubar. Tempat ini sebenarnya adalah hamparan luas yang dipenuhi batu-batuan besar dan pasir tanpa ada pepohonan besar lagi.

Biasanya bila melakukan pendakian mulai pukul 00.00 WIB, pada pendaki sudah sampai di Pasar Bubrah saat subuh atau menempuh perjalanan lebih kurang 4 jam. Di tempat itu mereka biasanya beristirahat untuk memulihkan tenaga. Saat pagi hari setelah subuh atau matahari terbit, mereka akan meneruskan mendaki ke puncak.

Untuk menuju ke puncak, pendaki harus memanjat batu-batuan terjal selama lebih kurang satu jam. Bebatuan tersebut sangat rapuh sehingga mudah longsor. Untuk itu para pendaki saat naik harus ekstra hati-hati dengan posisi saling menyamping, bukan berada di bawahnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadi batuan longsor sehingga bisa mengenai pendaki yang ada di bawahnya.

"Batuan di puncak itu sangat rapuh dan mudah longsor. Itu bahayanya," kata Kasie Ops Kantor SAR Tri Joko Priyono kepada wartawan di posko Selo, Senin (18/5/2015).

Puncak Garuda adalah salah satu tempat favorit bagi para pendaki Merapi. Itu merupakan salah satu ikon yang masih tersisa di puncak pascaerupsi 2010 lalu. Meski bentuknya sudah tidak utuh lagi hanya tinggal bongkahan batu besar tegak agak miring, banyak orang yang mengabadikan momen di tempat itu.

Dulu Puncak Garuda ketika masih utuh bentuknya mirip seekor burung garuda lengkap dengan kepala, badan hingga sayapnya. Para pendaki pun rela antre memanjat untuk berfoto di tempat itu.

Saat ini pascaerupsi 2010, bukaan kawah Merapi semakin lebar dan luas. Pascaerupsi 2010, yang dinamakan plataran Gendhol atau kawah Gendhol dan Gegerboyo sudah runtuh tidak berbekas lagi.

(bgs/rul)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads