"Nggak perlu dipersoalkan. Soal nasionalisme itu cakupannya luas. Kegembiraan masyarakat itu juga nasionalisme, kebersamaan juga nasionalisme, meleburnya tiap tetangga dalam perayaan itu juga nasionalisme," kata Fahri Hamzah saat dimintai tanggapan, Jumat (15/5/2015).
Fahri menilai, berbagai kegiatan dan perlombaan pada 17 Agustus yang rutin digelar masyarakat sebagai bentuk perayaan hari kemerdekaan, memang tidak melulu berkorelasi dengan nasionalisme. Tapi pada sebagiannya juga masih relevan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Panjat pinang dan lain-lain), itu modifikasi saja. Dan modifiaksi dalam arti pemerintah kalau mau, dapat mensosialisasikan jenis-jenis kegitan yang lebih postif," imbuhnya.
Sebelumnya, sejarawan Asep Hambali menilai perayaan 17 Agustus dengan panjat piinang, makan kerupuk dan lainnya justru menjauhkan bangsa Indonesia dari nilai-nilai nasionalisme.
"Apa arti merayakan kemerdekaan dengan panjat pinang, balap karung, makan kerupuk, yang justru tak membangkitkan semangat nasionalisme," terang Asep, Jumat (15/5/2015).
Asep menuturkan, panjat pinang dimulai sejak era Belanda, kemudian dilestarikan di masa orde baru, dan syukurnya mulai memudar di era reformasi. Asep melihat tak ada edukasi lewat panjat pinang atau balap kerupuk. Yang namanya team building, kebersamaan, dan lainnya itu hanya semu.
"Panjat pinang itu saling menginjak untuk dapat hadiah. Panjat pinang menjauhkan masyarakat Indonesia dari nilai sejarah," urai dia.
(bal/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini