Pangkas Biasa Harga Luar Biasa di Ambon

Pangkas Biasa Harga Luar Biasa di Ambon

- detikNews
Rabu, 13 Mei 2015 15:52 WIB
Lorong pangkas di Pasar Mardika, Ambon. (Khairul Ikhwan Damanik/detikcom)
Ambon -

Sebagian besar kebutuhan masyarakat Ambon, Maluku, didatangkan dari luar pulau, hal itu membuat harga-harga menjadi mahal, termasuk urusan pangkas rambut. Di Ambon, tarif pangkas termurah Rp 25 ribu.

Tarif pangkas termurah itu bisa didapatkan di kompleks Pasar Mardika. Di pasar yang berada di pusat Kota Ambon ini terdapat jalan yang disebut Lorong Pangkas. Di situ ada tujuh kios tempat cukur rambut. Kios-kios itu berjejer, berselang-seling dengan penjual baju dan kosmetik.

Di kios seluas delapan meter persegi itu terdapat meja panjang tempat menaruh peralatan pangkas seperti gunting, sisir, cukur, maupun mesin cukur. Di setiap kios itu terdapat dua kursi tinggi dari bahan kayu untuk tempat duduk pelanggan yang sedang dicukur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kursinya benar-benar kursi tegak. Tidak ada sandaran kepala, dan tentu saja tidak ada setelan untuk tiduran. Jadi, proses saat cukur jenggot dilakukan, pelanggan harus menengadahkan kepala lebih jauh.

Sembari rambut dicukur, mata bisa juga memperhatikan tarif pangkas yang ditempelkan di cermin. Potong rambut dewasa Rp 25 ribu, anak-anak Rp 20 ribu, dan cukur jenggot Rp 10 ribu. Proses pangkas itu berlangsung sekitar lima menit. Begitu kumis dan janggut dipotong, selesailah sudah. Pangkas yang biasa saja. Tak ada pijatan di kepala dan leher, tak ada kain basah untuk mengelap wajah. Hanya rambut yang menjadi lebih pendek. Itu saja.

"Ini yang termurah. Tidak ada yang lebih murah dibanding ini. Di Ambon semua mahal," kata Rizal, salah seorang tukang pangkas, Rabu (13/5/2015).

Rizal masih 15 tahun. Dia datang ke Ambon enam bulan silam. Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dia memutuskan untuk meninggalkan kampungnya di Pamekasan, Pulau Madura, Jawa Timur. Dia berguru pada Zailani, kawan sekampung yang berusia sekitar 20-an tahun.

Dua bulan setelah belajar memangkas, dia sudah bisa menjadi tukang. Tapi Rizal tak berurusan dengan penetapan tarif. Ihwal tarif itu ditetapkan para senior yang tergabung dengan semacam asosiasi tukang pangkas, yang hampir keseluruhannya perantauan asal Madura. Semula tarif Rp 20 ribu, tetapi mengingat harga-harga naik maka tarif pangkas juga dinaikkan Rp 5.000.

"Sebelum Natal kemarin, masih harga lama," kata Zailani yang kini lebih suka dipanggil Jay.

Jay sudah tinggal di Ambon sejak tahun 2010, dan belum pernah pulang ke Pamekasan. Menjadi tukang pangkas merupakan pilihan profesi yang cukup menjanjikan. Walau ada saingan, tetapi pengunjung terbagi rata. Sejak buka jam delapan pagi, hingga tutup sekitar jam enam sore, tempat ini kerap ramai.

Ditanya soal tarif, Jay menyatakan, tarif itu kesepakatan bersama para tukang pangkas. Memang lebih mahal dibanding di Jakarta, Medan atau bahkan di Pamekasan yang bisa Rp 8.000. Masalahnya, kata Jay, harga-harga di Ambon juga mahal. Mereka harus membayar biaya sewa kamar atau kos, yang dipatok antara Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu per kamar. Hanya kamar serta tempat tidur, tanpa AC, tanpa lemari, dan kamar mandi luar.

Selain itu, mereka juga harus membayar sewa kios Rp 20 juta hingga Rp 30 juta per tahun. Belum lagi biaya makan harian yang tinggi. Harga nasi lauk ayam sekitar Rp 18 ribu yang termurah. Belum lagi kebutuhan lain yang harganya tidak murah.

"Biaya hidup merantau di Ambon tidak murah," katanya.

Dengan semua itu, kata Jay, sebenarnya tarif Rp 25 ribu itu terbilang murah. Maka, realitas di Ambon, antara lain tercermin juga dari tarif pangkas rambutnya.

(rul/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads