Di sela-sela proses penyerahan burung ke tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI di rumahnya, Bekasi, Jabar, Selasa (12/5/2015), Johanes bercerita soal Yakob.
"Sudah 41 tahunlah bersama kami. Dulu dapatnya itu dari kenalan waktu dinas di Irian tahun 1968, pindah ke Jakarta 1998," terang Johanes yang didampingi sang istri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya nyebutnya juga bukan peliharaan tapi anggota keluarga," kata Johanes.
"Waktu pacaran sama ibu dulu waktu naik sepeda si Yakob itu masih suka nangkring di setang sepeda," sambungnya.
Johanes sudah lama ingin menyerahkannya ke penangkaran. Beberapa kali dia menghubungi tempat yang biasa mengurusi kakatua, namun mereka malah meminta bayaraan.
Kini, saat muncul gerakan #SaveSiJambulKuning, dia menyerahkan kakatua miliknya pada tim BKSDA. Harapannya, semoga sang burung dirawat dengan baik dan bisa kembali ke alam.
"Usia saya kan sudah 75 tahun. Takutnya pas saya meninggal siapa yang merawat, jadi melihat momennya ada gerakan ini ya sekalian saya serahkan untuk dirawat," paparnya.
"Adaptasinya mungkin agak lama kalau nanti si Yakob ini masuk penangkaran. Soalnya karena makanannya sudah seperti manusia juga. Dia ini โnggak suka nasi dingin maunya nasi hangat. Kalau ada makanan yang nggak suka bukannya diambil terus dilepeh, tapi langsung melengos gitu.โ Kadangโ pagi makan roti dicampur susu," ceritanya.
(mad/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini