Kelakuan anak-anak ini bagaikan legenda malin kundang yang durhaka kepada orang tuanya. Mereka super tega 'mengadali', menganiaya hingga membunuh orang tua yang telah membesarkannya sedari kecil.
Kasus terhangat, aksi Sutrisno Abdi alias Cipeng yang menaruh bahan peledak di koper milik ayahandanya, Rustawi Tomo Kabul (63) yang akan berangkat umrah. Cipeng nekat melakukan perbuatan itu gara-gara tersulut emosi dan sakit hati karena sang ayah dinilainya pelit dan tidak peduli terhadap anak-anaknya.
Cipeng mempersiapkan rangkaian bondet serta bahan berbahaya lainnya itu ia persiapkan selama 2 hari sebelum ayahnya berangkat umrah. Ia belajar membuat bom dari internet melalui Youtube. Akibat ulahnya, Rustawi ditahan di otoritas Brunei Darussalam dan batal menunaikan ibadah umrah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penderitaan demi penderitaan dialami Thalib. Thalib bahkan tidak diberi makan 2 hari selama penyekapan. Ia dirantai tangannya dan kedua ibu jarinya digembok. Rantai itu baru dibuka saat salat. Penculik Thalib juga mengirimkan foto Thalib yang dirantai dan surat wasiat yang isinya meminta agar keluarga Thalib segera menyelesaikan urusan utang Rp 400 juta tersebut. Thalib akhirnya dibebaskan polisi. Sementara, Kemal saat ini tidak diketahui keberadannya.
Kisah 'malin kundang' ini juga menggambarkan kelakuan Leles yang memotong telinga ibunya karena menolak membelikan sepeda motor.
Ada juga kisah Syahrul Alam (25) yang membantai ayah kandungnya, Nasrun Daeng Ngerang (63), dan menampar ibunya, Aminah Daeng Nganne, saat mabuk. Terakhir, kisah Sumarto (37) yang mengaku khilaf membacok ayahnya, Sahwiyanto, karena tidak terima ditegur lampu rumahnya yang padam.
Berikut 5 kisah itu:
2. Kemal Berhutang, Ayah Diculik
|
Terkait Kemal ini, polisi tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencarinya. Sebab, yang dilaporkan pihak keluarga adalah perkara penculikan Thalib Abbas.
"Polisi bertindak berdasarkan laporan masyarakat. Thalib Abbas sendiri kita lakukan pencarian karena ada laporan keluarga yang melaporkan masalah penculikan. Sementara Kemal tidak ada laporan dari masyarakat," jelas Panit II Unit II Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKP Rovan Richard kepada detikcom, Selasa (21/4/2015).
8 Pelaku penculikan yang diotaki oleh tersangka M Adil menculik Thalib karena pesoalan utang Kemal yang belum lunas. Para tersangka memilih memakai caranya sendiri dalam menyelesaikan persoalannya dengan Kemal ketimbang melaporkannya ke pihak kepolisian.
"Kami sudah sarankan ke mereka, kalau memang ada kejahatan yang dilakukan Kemal, laporkan ke polisi. Tetapi mereka tidak mau, alasannya lama kalau lapor ke polisi dan belum tentu tertangkap," jelasnya.
Para tersangka memilih menculik Thalib dengan harapan Kemal muncul dan keluarga memberikan uang tebusan sebesar Rp 400 juta. Namun, yang dicari-cari justru tidak kelihatan batang hidungnya sampai sekarang. "Menurut keterangan pihak keluarganya, Kemal sudah tidak pulang ke rumah orangtuanya sejak 6 bulan yang lalu dan keluarga juga tidak tahu di mana Kemal berada," paparnya.
Sebelumnya, Thalib Abbas yang akhirnya dibebaskan polisi dari penculikan itu mengaku tidak mengetahui keberadaan anak keempatnya itu.
"Saya enggak tahu dimana dia sekarang," ucap Thalib.
Kemal sebelumnya juga pernah berurusan dengan kasus penipuan dan penggelapan. Dia pernah didakwa di PN Jakarta Selatan karena menipu puluhan orang dengan proyek fiktif, dengan nominal Rp 1 juta sampai miliaran rupiah.
Kakek tua berusia 70 tahun itu kini kembali berhadapan dengan polisi. Bukan sebagai korban, tetapi pelaku penipuan.
Pihak Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menetapkan Thalib sebagai tersangka dalam kasus penipuan. Bersamaan dengan penetapannya sebagai tersangka, polisi juga menetapkan anaknya, Kemal Rafli sebagai tersangka dalam perkara yang sama.
3. Leles Potong Telinga Ibu
|
Dari informasi yang diperoleh detikcom, peristiwa memilukan itu terjadi saat korban sedang tidur pulas, sekitar pukul 04.00 WIB. Pelaku yang sejak sore sempat marah-marah dan emosi, mengambil pisau di dapur, lalu memotong daun telinga sang ibu hingga putus.
"Pertama kali warga mendengar teriakan korban yang minta tolong sekitar jam empat pagi," kata Kepala Desa Tuwiri Wetan, Setyobudi, kepada wartawan melalui sambungan telepon.
"Salah satu warga kemudian mendatangi rumah Derep. Sesampainya disitu (rumah korban), korban sudah berlumuran darah, telinganya putus," sambungnya menceritakan.
Selanjutnya warga langsung melarikan korban ke UGD RSU Dokter Koesma Tuban, untuk mendapat perawatan medis. Sementara pelaku yang masih berada di dalam rumah diamankan warga, lalu diserahkan ke Polsek Merrakurak.
Ironisnya pelaku mengaku memotong telinga sang ibu karena permintaanya untuk dibelikan sepeda motor baru tidak dikabulkan. Sebab kondisi orang tua yang hanya bekerja sebagai buruh tani tak mampu membelikan.
"Pelaku meminta sepeda motor yang bagus kepada ibunya, tetapi karena ekonomi keluarga yang pas-pasan tidak bisa dituruti," ungkap Kades.
"Sejak setahun ini pelaku juga mengalami depresi dan sering kambuh. Menurut ibunya dua hari belakangan sejak minta motor yang bagus Leles (pelaku) juga kelihatan murung," imbuhnya.
4. Bunuh Ayah, Tampar Ibu
|
Pelaku yang berstatus duda beranak satu ini kini diamankan di Polres Gowa. Sedangkan jenazah korban dibawa ke RS Bhayangkara, jalan Mappaodang, Makassar.
Menurut istri korban yang juga ibunda pelaku, Aminah Daeng Nganne, yang ditemui detikcom di ruang jenazah RS Bhayangkara, bercerita, dirinya ditampar oleh anak keduanya itu saat sedang menonton televisi. Melihat itu, sang ayah murka dan memarahi anaknya.
"Waktu saya ditampar, suami saya marah, dia dengan anaknya bergumul di dalam rumah. Saya lantas keluar minta tolong ke warga," ujar Aminah sambil berlinang airmata.
Aminah menyebutkan, Alam tidak punya riwayat gangguan jiwa. Hanya saja beberapa hari terakhir ini mengalami gejala penyakit tifus. Aminah juga membantah anaknya habis menenggak miras.
"Sebelumnya dia sempat minta obatnya, tidak lama kemudian dia menyerang saya dengan mata melotot," tambah Aminah.
Aparat kepolisian yang datang ke lokasi kejadian langsung mengamankan pelaku yang juga dalam kondisi lemah. Pelaku sempat dibawa ke RSUD Syekh Yusuf Gowa sebelum digelandang ke Mapolres Gowa.
Dari hasil visum sementara di RS Bhayangkara, terdapat luka robek di rahang, mata dan mulut korban. Selain itu, disekujur tubuh korban terdapat luka gores.
Belum diketahui senjata maupun alat yang dipakai pelaku dan motif yang menyebabkan Alam nekat membunuh ayah kandungnya.
5. Sentil Listrik Padam, Ayah Dicelurit
|
Untuk menyelamatkan nyawanya, Sahwiyanto dilarikan ke IGD RSU dr Abdoer Rahem Situbondo.
Saat si ayah dalam perawatan medis, anak durhaka itu dijemput polisi ke rumahnya di Desa Sumberkolak Kecamatan Panarukan. Sumarto langsung digelandang ke Mapolres Situbondo untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Sebilah celurit berlumuran darah yang dia gunakan membacok ayahnya ikut disita.
"Sekarang masih dalam pemeriksaan. Pelaku mengaku khilaf membacok ayahnya sendiri," kata Kasubbag Humas Polres Situbondo, AKP Wahyudi, Minggu (18/5/2014) pagi.
Insiden yang menggemparkan warga itu terjadi Sabtu (17/5/2014) malam. Keterangan yang diperoleh detikcom menyebutkan, aksi pembacokan bermula saat Sahwiyanto menegur anaknya karena lampu di rumah Sumarto padam.
Diduga, si anak sengaja memutus kabel lampu rumahnya yang berdampingan dengan rumah orang tuanya. "Saya mau ganti kabel itu karena sudah usang. Tapi saya belum ada uang," tutur Sumarto di kantor polisi.
Mendengar Sumarto ditegur ayahnya, si ibu berusaha membela. Sehingga kedua orang tua itu pun terlibat pertengkaran. Sumarto kebetullan saat itu memegang celurit untuk membetulkan alat pancingnya pun berusaha melerai.
Namun, Sahwiyanto jadi emosi hingga melemparkan batu bata ke arah si anak. Lemparan sang ayah itu mengenai telinga kiri pelaku. Saat itulah pelaku langsung kalap dan menyabetkan celuritnya ke arah ayahnya hingga ambruk.
"Lukanya cukup parah. Tadi dokter sampai menyarankan agar korban dirujuk ke RS di Jember," tandas Kepala Desa Sumberkolak, H Sukarto, saat ditemui di RSU Situbondo.
Setelah diamankan, pelaku yang diketahui mengalami depresi berat dibawa ke rumah sakit jiwa di Surabaya untuk diperiksa kondisi kejiwaanya. Bila ternyata sakit jiwa, pelaku tidak akan ditahan, melainkan akan direhabilitasi di rumah sakit jiwa.
"Sekarang ini pelaku sudah kita berangkatkan ke Surabaya untuk memeriksakan kondisi kejiwaannya, karena memang sering mengalami gangguan jiwa. Dan kami masih melakukan penyidikan terhadap kasus ini," terang Kapolsek Merakurak AKP Benu Hamzah, saat dikonfirmasi wartawan.