Dalam kurun waktu 2010-2015, permintaan perawat ke Timur Tengah mencapai 15 ribu perawat. Namun yang terpenuhi hanya kisaran 5.600 saja.
"Padahal lulusan sekolah tinggi perawat setahun 22 ribu, yg terserap di dalam negeri hanya 13 ribu. Jadi masih ada 9 ribu yang tidak terserap, tapi tetap tidak bisa memenuhi permintaan pasar luar negeri," kata Nusron dalam keterangannya yang diterima redaksi, Senin (11/5/2015). Hal ini dia sampaikan juga dalam Seminar Internasional bertajuk 'Qualification and Compability International Standards for Nurses Among ASEAN Countries' yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pertamedika (STIKES) Pertamedika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini yang membuat banyak perawat nganggur, tapi belum berhasil menembus pasar internasional. Padahal saya ditugaskan untuk kirim perawat sama Pak Jokowi, setelah PLRT ke Timteng ditutup," tegasnya.
Nusron menyarankan Indonesia sudah saatnya mempunyai National Council Licensure Examination for Registered Nurses (NCLEX-RN) guna bersaing dalam pasar perawat. Kondisi akan semakin memburuk jika rumah sakit yang sudah dapat standard internasional di Jakarta, juga diwajibkan untuk memiliki NCLEX RNI.
"Maka dipastikan, Indonesia akan dibanjiri perawat India dan Filipina dan kita hanya jadi asisten," tandasnya.
(mok/fjp)











































