Untuk memudahkan pencarian, data antemortem 3 WNI tersebut diserahkan oleh Taruna Hiking Club (THC) kepada Duta Besar Indonesia untuk Bangladesh merangkap Nepal, Iwan Wiranataatmadja. Data itu akan digunakan untuk mencocokan DNA 3 WNI itu.
"Kami tim mendapatkan sample antemortem DVI yang diserahkan dari THC atas nama 3 WNI itu," kata Iwan di Kathmandu, Nepal, Senin (11/5/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini yang akan kita serahkan ke pihak berwenang di sini, untuk bahan pencarian dalam hal mereka proses melakukan identifikasi korban-korbannya," ujar Iwan.
Selain itu, menurut Iwan, Indonesia akan mengirimkan tim DVI untuk bergabung dengan tim DVI dari negara-negara lainnya di Nepal. Tim yang akan tiba pada 13 Mei itu akan berada di bawah forensik internasional untuk mengidentifikasi ribuan jenazah korban gempa.
"Indonesia akan mengirimkan ahli forensiknya untuk membantu forensik internasional. Bukan hanya identifikasi WNI tapi juga membantu tim internasional dalam mengidentifikasi para korban," ucap Iwan.
Tim forensik Indonesia itu, menurut Iwan, akan bertugas selama 7 hari di Nepal dengan kemungkinan diperpanjang jika diminta oleh pemerintah setempat. Namun jumlah pasti korban berdasarkan angka dan lapangan yang berbeda diperkirakan akanβ menjadi kendala.
"Data terakhir kita belum dapat karena masih ada keadaan jenazah riil dengan angka. Selama ini kita peroleh angka tapi di lapangan tidak sesuai. Oleh karena itu, kami belum dapatkan jumlah riil jenazah yang sudah ada di rumah sakit," imbuh Iwan.
Menurut Iwan, hanya 3 WNI dari THC itu yang belum diketahui nasib dan keberadaannya. Informasi menyebutkan, mereka terakhir berada di Langtang namun kondisi di lembah Everest itu telah rata karena longsor salju pasca gempa pada 25 April lalu.
"Dari 103 WNI, yang terdiri 39 menetap dan 64 visitors, hanya 3 ini yang belum dapat dihubungi hingga sekarang," pungkas Iwan.
(vid/mok)











































