Kisah tentang kedekatan antara Jacob (sebutan kakaktua jambul kuning) dengan sang pemilik pun menjadi kisah tak terpisahkan dalam upaya proses pengembalian hewan langka itu ke alam bebas. Hal itu lantaran sang pemilik ada yang hingga belasan tahun merawat Jambul Kuning.
Berdasarkan keterangan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, sejak posko #SaveSiJambulKuning dibuka pada Sabtu (9/5) lalu, sudah ada 10 burung kakatua jambul kuning yang diserahkan warga. Baik ke Kementerian LHK maupun Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi Serahkan Kakaktua yang Sudah 3 Tahun Dipelihara
|
Penyerahan itu dilakukan pada Sabtu (9/5) pukul 16.30 WIB. Tim BKSDA DKI Jakarta dipimpin Kasatgas Polisi Hutanβ, Yanang Lima mendatangi rumah perwira yang kini bertugas sebagai dosen PTIK di Jakarta itu secara langsung.
"Hayo pak sini, ini kakatua jambul kuning. Namanya Pluto," ujar Kombes Pol Kennedy yang menujukkan burung tersebut.
βKepada petugas, Kennedy menceritakan sudah tiga tahun merawat burung yang diberi nama Pluto itu. Awalnya Kennedy sedang mencari burung cucak rowo di Pasar Pramuka, tapi tiba-tiba melihat kakatua jambul kuning dan langsung jatuh hati.
β"Begitu tahu hewan ini dilindungi timbul kesadaran diri saya terhadap jambul kuning ramai di media sosial dan media masa #SaveSiJambulKuning, meski hobi koleksi burung saya dengan sadar menyerahkan ke pihak berwajib supaya dia bisa berkembang," paparnya.
"Saya lihat di media sosial juga sudah banyak masyarakat yang mengembalikan. Saya percaya kementerian akan menjaga dan memelihara Pluto mungkin sampai dengan nanti di bebaskan ke alam liar," paparnya.
Di mata keluarga Kennedy, banyak kenangan manis terhadap kakak tua jambul kuning tersebut. "Ya anak saya yang bontot sempat bertanya kenapa mau diserahkan saya bilang kalau ini kategori hewan dilindungi. Ya setelah saya jelaskan akhirnya dia bisa mengerti juga," paparnya.
Kenedy mengatakan Pluto adalah burung yang pintar. Pasalnya dalam beberapa bulan diperliharanya telah banyak kata yang dikuasai.
"Ini sangat jinak sekali, bahkan sampai nama-nama penghuni rumah ini pada hapal semua. Cuma sejak pagi dia tidak mau makan mungkin ngambek, kayaknya dia tahu akan dipindahkan rumahnya," paparnya.
Uci yang Sedih Melepas Kakaktua
|
"Rasa kehilangan pasti ada, tapi kalau harus dikembalikan lagi ke habitat agar tidak punah ya saya nggak masalah," ujar Uci saat melepas kepergian kakatua di kediamannya kawasan Harapan Baru Regency, Bekasi Barat, Minggu (10/5) kemarin.
Uci membeli kakatua berjambul putih tahun 2007 lalu di dekat kantor sang suami. Mengaku sebagai pencinta hewan, dia pun merogoh kocek sebesar Rp 300 ribu untuk dapat memilikinya.
Kedekatan mereka terlihat jelas saat si kakatua terus hinggap di pundak Uci. Begitu hendak melepaskan hewan peliharaannya tersebut, mata Uci tampak berkaca-kaca menahan agar air mata di pelupuknya tidak pecah. "Kakak, jangan sedih ya. Kan nanti di sana ada temannya," pesan Uci sambil memandang kakatuanya.
Uci mengungkapkan kegusaran hatinya saat melihat puluhan kakatua yang dimasukkan ke dalam botol untuk diselundupkan. Uci tak habis pikir mengapa orang-orang bisa setega itu terhadap satwa liar langka.
"Waktu saya lihat berita, saya sampai mau nangis sedih. Kok sampai tega dimasukkin di botol," pungkasnya.
15 Tahun Sutrisno Pelihara Si Jambul Kuning
|
"Kalau dibilang sedih, pasti sedih mas. Tapi saya yakin dia akan mendapat kehidupan yang lebih baik bersama habitatnya," kata Sutrisno saat berbincang, Minggu (10/5) kemarin.
Rencana melepas Kakatua ini pun sudah dibicarakan juga dengan seluruh keluarga. Pasalnya anak hingga cucu Sutrisno sudah sangat merasa dekat dan pasti akan merasa kehilangan.
"Saya juga paling sedih. Tapi dengan dikembalikan, pasti akan lebih baik. Dan saya yakin ini jadi pembelajaran edukasi buat anak cucu saya, karena bagaimana pun Kakatua ini sudah hampir punah," beber Sutrisno.
Kakatua miliknya selama ini ditempatkan di sangkar besar. Saking jinaknya, kalau malam hari tidak jarang malah dilepas di dalam rumah. Bahkan Sutrisno juga beberapa kali mengajak kakatuanya ikut berlibur bersama keluar.
"Pernah kita menginap di Cottages di Carita. Saya bawa jalan-jalan ke pantai. Mungkin kaget denger suara ombak, eh langsung terbang. Saya pikir dia tidak akan kembali lagi, eh malamnya kembali ke lagi ke Cottages kami," kisah Sutrisno.
3. 15 Tahun Sutrisno Pelihara Si Jambul Kuning
Di antara masyarakat yang rela menyerahkan burung kakatua jambul kuning, mungkin Sutrisno paling lama yang pernah memeliharanya. Selama 15 TahunSutrisno merawat buruk yang dinamai cuek. Namun meski berat hati, kini Sutrisno sudah rela melepas kakatau itu kembali ke alam liar.
"Kalau dibilang sedih, pasti sedih mas. Tapi saya yakin dia akan mendapat kehidupan yang lebih baik bersama habitatnya," kata Sutrisno saat berbincang, Minggu (10/5) kemarin.
Rencana melepas Kakatua ini pun sudah dibicarakan juga dengan seluruh keluarga. Pasalnya anak hingga cucu Sutrisno sudah sangat merasa dekat dan pasti akan merasa kehilangan.
"Saya juga paling sedih. Tapi dengan dikembalikan, pasti akan lebih baik. Dan saya yakin ini jadi pembelajaran edukasi buat anak cucu saya, karena bagaimana pun Kakatua ini sudah hampir punah," beber Sutrisno.
Kakatua miliknya selama ini ditempatkan di sangkar besar. Saking jinaknya, kalau malam hari tidak jarang malah dilepas di dalam rumah. Bahkan Sutrisno juga beberapa kali mengajak kakatuanya ikut berlibur bersama keluar.
"Pernah kita menginap di Cottages di Carita. Saya bawa jalan-jalan ke pantai. Mungkin kaget denger suara ombak, eh langsung terbang. Saya pikir dia tidak akan kembali lagi, eh malamnya kembali ke lagi ke Cottages kami," kisah Sutrisno.
"Ini kami semua antar ke Manggala Wana Bhakti," tandasnya.
"Ini kami semua antar ke Manggala Wana Bhakti," tandasnya.
Serahkan Si Jambul Kuning Setelah Setahun Dipelihara
|
"Semenjak diberitakan (ingin mengembalikannya), tapi dulu sempat ingin mengembalikan cuma belum tahu. Pertama ingin dikembalikan karena kasihan nggak ada temannya (di rumah)," ujar Faisal saat menyerahkan Jacob ke petugas BKSDA DKI di kediamannya, Minggu (10/5) kemarin.
Faisal mengungkapkan, burung itu dibelinya dari salah satu petugas cleaning service kantornya seharga Rp 400 ribu pada tahun 2010 lalu. Artinya sudah 5 tahun Faisal merawat kakatua jambul kuning hingga diserahkan ke BKSDA.
Si jambul kuning sudah dianggapnya seperti bagian dari keluarganya sendiri. Jacob juga dekat dengan dua anaknya, yakni Japran dan Nizwan. "Ikatannya ya sudah lengket juga. Bisa sering nyebut nama anak saya, Japran dan Nizwan. Sudah aktif setiap hari," tutur Faisal.
Keinginan Faisal untuk menyerahkan Jacob yang sudah hidup bersamanya selama 5 tahun ke belakang ini lantaran sadar burung tersebut merupakan salah satu satwa yang dilindungi. Lagipula, lanjutnya, Jacob tidak memiliki teman di rumahnya.
"Kasihan nggak ada temannya. Jadi kalau tidak diperhatiin suka bersuara teriak gitu," sebutnya.
Fenny Serahkan Jacob Setelah Ramai di Media Sosial
|
"Setelah melihat di berita dan media sosial, kami berniat mengembalikan Jambul Kuning kami bernama Jacob hari ini ke BKSDA. Sudah berkoordinasi dengan BKSDA," ujar Fenny di kediamannya Bekasi Selatan, Minggu (10/5).
Fenny berharap Jacob dapat hidup lebih baik dan berkembang biak di alam bebas, setelah diserahkan ke BKSDA. Ia khawatir apabila diserahkan ke kebun binatang menjadi semakin tidak terurus.
"Akan ngenes juga kalau misalnya ditaruh kebun binatang atau penangkaran, malah tidak terurus," sambungnya.
Fenny mengaku mendapat Jacob dari temannya yang memberi burung tersebut untuk dirawat. Dia belum mengetahui kalau kakatua jambul kuning merupakan satwa liar yang dilindungi. Fenny dan Rizal sendiri termasuk pencinta burung.
"Selama pelihara 1 tahunan lebih, dulunya sihβ berisik, ramai dan suaranya dominan dari burung yang lain. Jadi kalau nggak diperhatiin suka teriak gitu. Lucunya, genit, jambulnya dinaikin. Dari bentuknya kan unik dan lucu jadi beda. Ngelihat tingkahnya suka lucu sendiri," kisah perempuan yang berprofesi sebagai wiraswasta.
Dia berharap ke depannya tidak ada lagi kasus penyelundupan kakatua jambul kuning, di mana puluhan burung langka itu dibius dan dijejalkan hidup-hidup dalam botol.
Halaman 2 dari 6