"Tidak boleh orang menjadi TKI selamanya atau seumur hidup. Begitu sudah pulang harus bisa kita latih menjadi pelaku UMKM. Dilatih apapun termasuk membatik. Yang penting ada yang menjamin kehidupan," kata Kepala BNP2TKI Nusron Wahid dalam siaran pers, Jumat (8/5/2015).
Menurut Nusron, para purna TKI harus dilatih untuk mandiri. Dilatih memproduksi kerajinan setelah diberi modal melalui lembaga keuangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari kelanjutan pilot project Integrasi Pemberdayaan TKI Purna yang telah dilaksanakan di beberapa kabupaten, BNP2TKI pada tanggal 6-7 Mei 2015 di Sragen, Jawa Tengah, menggelar pelatihan produksi batik. Pelatihan ini bekerja sama dengan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) Syariah.
"50 TKI Purna mengikuti pelatihan terintegrasi dari BNP2TKI berupa produksi batik," kata Manajer Umum GKBI, Muhammad Ali, dalam siaran pers yang sama.
Integrasi pemberdayaan yang menjadi pilot projek BNP2TKI ini meliputi tiga hal, yakni: membentuk dan mengorganisir kelompok TKI Purna melalui mitra lokal, memberikan pelatihan praktik usaha yang akan terfasilitasi oleh professional business/off taker, dan memfasilitasi akses permodalan melalui lembaga keuangan bank atau non bank.
"GKBI Syariah memfasilitasi pembelian produk yang diproduksi oleh para entitas di setiap daerah tersebut kepada mitra GKBI yaitu: batik fractal, gallery GKBI, lumbung batik, dan lainnya selama memenuhi standar yang diberikan," ujarnya.
Anjani Amitya Kirana dari Tenaga Profesional BNP2TKI mengatakan, dengan adanya integrasi pemberdayaan ini, TKI Purna diharapkan bisa mandiri secara finansial, ekonomi dan sosial.
"Sehingga tidak kembali ke negara penempatan hanya sebagai tenaga kerja (hard skill), tetapi sebagai pengusaha," katanya.
(van/trq)











































