Kisah 33 WN Tiongkok di Pasar Minggu: Tewas Jatuh hingga Budak Seks

Kisah 33 WN Tiongkok di Pasar Minggu: Tewas Jatuh hingga Budak Seks

- detikNews
Jumat, 08 Mei 2015 09:28 WIB
Kisah 33 WN Tiongkok di Pasar Minggu: Tewas Jatuh hingga Budak Seks
Jakarta -

Wajah 33 WN Tiongkok, pelaku penipuan carding ketakutan dan panik bukan kepalang saat digerebek polisi di rumah mewah, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Para perempuan yang dipekerjakan sebagai 'PRT' hingga diduga menjadi budak seks ini menangis histeris. Miris!

Kejahatan ini dibongkar tim Subdit Jatanras Direktorat Reskrimum Polda Metro Jaya yang dikomandani AKBP Herry Heryawan pada Rabu 6 Mei 2015 pukul 20.00 WIB. Butuh waktu hampir satu bulan bagi polisi mengintai aktivitas 33 WN Tiongkok mulai dari penyamaran hingga mengintai lewat atas genting rumah tetangga.

Awalnya, petugas kepolisian mencurigai adanya praktik prostitusi online di rumah mewah yang disewa Rp 300 juta per tahun itu yang berlokasi di Jl Kenanga No 44 RT 07/02 Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jaksel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, polisi akhirnya menemukan 33 WN Tiongkok di dalam rumah tersebut. Mereka diketahui datang ke Indonesia secara bertahap sejak tahun 2014. Seorang WN Tiongkok, Siau Pei (25), tewas saat melarikan diri dengan cara melompat dari atas lantai 2 rumah tersebut.

WN Tiongkok yang tidak bisa berbahasa Inggris maupun Indonesia ini diduga melakukan penipuan cyber. Target para penipu ini adalah pejabat ataupun tokoh yang tengah menjadi perbincangan di negeri 'Tirai Bambu' tersebut.

Sejumlah barang bukti diamankan, berupa 54 unit handphone dan 65 unit telepon PSTN (Public Switched Telephone Network), 7 buah Laptop, 14 unit iPadβ€Ž, 15 unit kalkulator, 36 unit port interface modemβ€Ž, 1 unit printer, 8 unit HTβ€Ž dan 14 kartu identitas. Ruangan di rumah itu juga diberi peredam suara.

Tidak hanya itu, polisi menemukan banyak kondom dan tisu magic di kamar mereka. Diduga, beberapa perempuan WN Tiongkok ini juga diperbudak seks oleh para lelaki di rumah tersebut.

Sejumlah pelaku berdalih sebagai korban human trafficking. Mereka dijanjikan sebagai pekerja hotel atau pelayan restoran dengan bayaran 3000 yuan atau sekitar Rp 6 juta per bulan. Kini, 33 WN Tiongkok ini tengah diperiksa oleh Imigrasi Jakarta Selatan serta pihak kedutaan. Rencananya, mereka akan dideportasi.


Berikut 6 kisah ini:

1. Tewas Lompat Saat Kabur

Petugas Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya menggerebek sebuah rumah mewah di Jl Kenanga, Kelurahan Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jaksel yang dijadikan tempat singgah puluhan WN Tiongkok. Salah satu pelaku di antaranya tewas dalam penggerebekan tersebut.

Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan saat dikonfirmasi membenarkan adanya 1 orang yang tewas itu.

"Iya, dia meninggal karena melompat dari lantai 2 rumah tersebut," kata Herry saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (6/5/2015).

Pelaku seorang laki-laki yang tewas ini diketahui bernama Siau Pei (25). Ia hendak melarikan diri dengan cara meelompat dari atas lantai 2 rumah tersebut, ketika puluhan aparat polisi menggerebeknya.

"Yang bersangkutan sudah dibawa ke RS Kramat Jati, Polri," tuturnya.

Sementara 32 orang lainnya, berhasil diamankan petugas polisi tanpa perlawanan. Dari 33 orang ini, 14 orang perempuan dan 19 orang lainnya laki-laki.

2. Penipuan Carding, Bukan Prostitusi

Sedikitnya 33 WN Tiongkok diduga melakukan kegiatan penipuan.

"Mereka diduga kuat melakukan penipuan cyber, karena di rumah ini juga kami menemukan sejumlah barang bukti yang terindikasi digunakan untuk penipuan," jelas Kasubdit Jatanrass Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan kepada detikcom, Rabu (6/5/2015).

Herry mengatakan, para WNA ini diduga melakukan tindak pidana modus lama yang biasa digunakan dalam kasus-kasus serupa sebelumnya.

"Sasaran penipuan mereka ini adalah warga negaranya sendiri yang berada di Tiongkok," tuturnya.

Penggerebekan dilakukan sejak pukul 22.00 WIB. Hingga saat ini, puluhan polisi bersenjata menjaga ketat lokasi tersebut.

Dari 33 WN Tiongkok ini, 19 di antaranya adalah laki-laki dan 14 lainnya perempuan. Salah satu di antaranya tewas setelah meloncat dari atas lantai 2 rumah tersebut, ketika hendak melarikan diri dari penggerebekan petugas ini.

Semula, rumah yang menampung 33 WN Tiongkok ini dicurigai polisi sebagai sarang prostitusi. Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan mengatakan, rumah tersebut sudah diintai petugas selama beberapa bulan terakhir. Berawal dari adanya informasi masyarakatβ€Ž, polisi mulai menyelidiki rumah yang kerap keluar-masuk WN Tiongkok ini.

"Awalnya kami mendapatkan informasi dari masyarakat mengenai aktivitas di rumah tersebut, tadinya kami mencurigai adanya praktik prostitusi online di situ," ujar Herry kepada detikcom, Kamis (7/5/2015).

3. Barang Bukti dan Peredam Suara

Petugas Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya mengamankan puluhan WN Tiongkok yang diduga melakukan tindak pidana penipuan yang diduga kuat sebagai alat kejahatan.

"Barang bukti antara lain ada 54 unit handphone dan 65 unit telepon PSTN (Public Switched Telephone Network)," kata Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (6/5/2015).

Selain itu, polisi juga menyita barang bukti lainnya yaitu 7 buah Laptop, 14 unit iPadβ€Ž, 15 unit kalkulator, 36 unit port interface modemβ€Ž, 1 unit printer, 8 unit HTβ€Ž dan 14 kartu identitas.


Peredam Suara


'Ruang kerja' mereka ini terdapat di salah satu sudut ruangan berukuran sekitar 5x6 meter. Setiap jendela di ruangan tersebut ditutup rapat oleh peredam suara.

"Dipasangi peredam suara agar tidak terdengar tetangga. Sebab, telepon mereka berdering setiap hari," ujar Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan kepada wartawan di lokasi, Kamis (7/5/2015).

Tidak hanya di ruang kerja, jendela setinggi 2 meter yang terdapat di lantai 2 juga ditutup rapat busa peredam suara.

Sebagai sarana komunikasi para WNA ini, sang bos menyediakan puluhan telepon PSTN dan juga puluhan telepon selular. Tidak hanya itu, terdapat juga sejumlah handy talky (HT), serta sejumlah kalkulator. "Di atas rumah juga ada sebuah tower satelitβ€Ž komunikasi," ungkapnya.

Sementara itu, Kanit III Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya Kompol Jerry R Siagian mengatakan, nomor telepon yang muncul pada nomor telepon korban, secara acak.

"Tergantung korbannya, kalau korbannya WN Tiongkok, munculnya nomor telepon Tiongkok," ungkap Jerry.

4. Incar Pejabat Tiongkok

Puluhan WN Tiongkok ini diduga melakukan penipuan melalui jaringan telepon terhadap warga negara mereka sendiri.

"Kita lihat dari barang bukti, ternyata mereka merupakan pelaku kejatahan cybercrime yaitu penipuan. Yang mereka lakukan adalah menipu warga negara mereka sendiri," ujar Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan mengatakan di lokasi, Kamis (7/5/2015).

Herry mengatakan, di rumah 2 lantai ini polisi mengamankan sejumlah barang bukti yang diduga kuat sebagai alat kejahatan, di antaranya 54 unit handphone dan 65 unit telepon PSTN. Target para penipu ini adalah pejabat ataupun tokoh yang tengah menjadi perbincangan di negeri 'Tirai Bambu' tersebut.

"Targetnya adalah para pejabat dan orang-orang yang sedang hangat dibicarakan di Tiongkok, kemudian mereka tipu dari Indonesia melalui jaringan telekomunikasi dari Indonesia ke Tiongkok," jelas Herry.

Dari hasil interogasi terhadap para WN Tiongkok melalui sejumlah penerjemah bahasa Mandarin, diperoleh informasi jika mereka melakukan kejahatan terhadap WN Tiongkok yang berada di negaranya.

Dalam aksinya ini, kata Herry, mereka memiliki peran masing-masing yang seolah dari kantor data base kartu kredit, dari pihak bank dan dari pihak kepolisian.

"Intinya mereka menghubungi WN Tiongkok yang memiliki kartu kredit untuk mendapatkan data-data kartu kredit korban, untuk selanjutnya data tersebut digunakan untuk berbelanja dan hasil belanjaan itu dijual kembali oleh mereka," paparnya.

Adapun, data-data kartu kredit telah disiapkan oleh sindikat mereka yang berada di Tiongkok. Sementara para WN Tiongkok yang berada di Jakarta hanya ditugaskan untuk menghubungi para korban atau sasaran mereka.

"Modusnya ada yang seolah-olah mengatakan bahwa kartu kreditnya sudah melewati limit, ada yang mengatakan bahwa kartu kreditnya digunakan untuk tindak pidana, macam-macam," imbuhnya.

5. Human Trafficking dan 'Budak Seks'

Selain sebagai pelaku penipuan, diduga puluhan WN Tiongkok ini merupakan korban human trafficking.

"Selain menjadi pelaku penipuan online, mereka juga korban trafficking," ucap Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan kepada detikcom, Kamis (7/5/2015).

Pengakuan beberapa di antaranya mengatakan, sebelum dibawa ke Indonesia, mereka dijanjikan pekerjaan. Namun, setibanya di Jakarta, mereka langsung dibawa dan 'dikarantina' di sebuah rumah mewah di Jl Kenanga, Kav 44 Rt 7 Rw 2, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

"Mereka direkrut dari Tiongkok dengan dijanjikan pekerjaan sebagai pekerja hotel atau pelayan restoran dengan bayaran 3000 yuan atau sekitar Rp 6 juta," kata Herry.

Selama di rumah itu, para WNA ini dipekerjakan sebagai penipu. Mereka diminta untuk menipu warga negara mereka sendiri di Tiongkok lewat jalur telepon. Sasarannya para pejabat ataupun tokoh terkenal di Tiongkok yang tengah jadi pembicaraan publik di sana.


Budak Seks


Saat penggerebekan, tim Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya ini mengamankan 14 perempuan dan 19 laki-laki di sebuah rumah yang berlokasi di Jl Kenanga No 44 RT 07/02 Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jaksel.

"Mereka tidak menyewa orang sini untuk bersih-bersih rumah, jadi perempuan-perempuan itulah yang membersihkan rumah dan memasak di rumah tersebut," ungkap Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan kepada wartawan di lokasi, Kamis (7/5/2015).

Pemantauan di lokasi, rumah berlantai 2 itu memang terlihat kotor dan berantakan. Rumput di halaman depan rumah sudah tinggi karena tidak pernah dipangkas. Sementara sampah berserakan di ruang dapur dan juga di bagian belakang rumah, di dekat kolam renang. Masih di ruang belakang dekat kolam renang, sejumlah pakaian yang dijemur masih tergantung di tempat jemuran yang dibuat dari tali tambang.

Sementara itu, sejumlah anggota polisi yang melakukan penggerebekan di lokasi juga menemukan banyak kondom dan tisu magic di kamar mereka. Diduga, beberapa perempuan WN Tiongkok ini juga diperbudak seks oleh para lelaki di rumah tersebut.

"Kita juga temukan obat amoxilin 500 gram sebanyak 2 box. Antibiotik sebanyak itu buat apa, kita juga tidak tahu karena mereka susah diajak komunikasi sebab tidak bisa bahasa Indonesia maupun Inggris," ujar anggota tersebut.

6. Deportasi

Petugas Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya menggerebek sebuah rumah mewah di Jl Kenanga, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jaksel. Ada 33 WN Tiongkok yang diamankan dalam operasi itu dan kemungkinan akan dideportasi.

"Mereka ini kemungkinan akan di deportasi, tapi menunggu pihak imigrasi dan kedutaan datang," ujar Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan di lokasi, Kamis (7/5/2015) dini hari.

33 WNA ini, 14 di antaranya berjenis kelamin perempuan dan 19 orang lainnya laki-laki. 1 orang meninggal dunia setelah terjatuh dari lantai 2 karena panik dan ingin kabur saat penggrebekan.

"Kita akan menunggu interpreter (penerjemah) dari kedutaan untuk membantu mendalami kasus ini, karena mereka semua tidak ada yang bisa berbahasa Indonesia ataupun Inggris," tambahnya.

Pantauan di lokasi, para WNA ini diberikan pengawalan ketat hingga pihak imigrasi dan kedutaan datang esok pagi untuk mendata mereka. Tampak para pria dikumpulkan di salah satu ruangan dan para wanita diamankan di kamar lainnya.

Halaman 2 dari 7
(aan/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads