Simposium ini resmi dibuka pada Rabu (6/5) oleh Duta Besar RI untuk Rusia dan Belarus, Djauhari Oratmangun bersama Direktur ASEAN Center MGIMO, Dr. Viktor Sumsky dengan pemukulan gong. Selain menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu-lagu perjuangan yang dinyanyikan oleh para peserta, lagu Rayuan Pulau Kelapa dalam bahasa indonesia dan Rusia, dinyanyikan secara spontan sebagai rasa persahabatan mahasiswa kedua negara.
βSimposium akan berlangsung dari tanggal 6 hingga 8 Mei dan diselenggarakan sebagai wujud kepedulian mahasiswa di luar negeri terhadap isu nasional,β ujar Ofando, warga Permira, salah satu penggiat acara ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara di sesi kedua diisi Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Palm Oil Producers Association, Dr. Viktor Sumsky dan Dr. Dessy Irawati dari Belanda. Sesi terakhir ditutup dengan pemaparan Dubes Djauhari Oratmangun yang membahas hubungan Indonesia dan Rusia. Simposium hari kedua ini akan diisi sidang komisi, guna merumuskan rekomendasi pertemuan.
βSaya sangat senang ikut simposium ini karena menjadi sebuah acara yang mengoptimalkan peran mahasiswa di luar negeri untuk membangun negaranya,β kata Nanang, delegasi dari Belgia.
Seusai pembukaan, dengan wajah ceria dan penuh semangat semua peserta dan pembicara mengikuti teleconference bersama Menlu Retno L.P. Marsudi yang didampingi Dirjen Kerja Sama ASEAN I Gusti Agung Wesaka Puja dan Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Ina Hagniningtyas Krisnamurthi.
Retno secara ringkas menjelaskan langkah-langkah pemerintah dalam memasuki komunitas ASEAN akhir 2015 bahkan ASEAN post 2015. Secara spesifik Retno mengingatkan bahwa dalam era komunitas ASEAN nanti tak hanya melahirkan tantangan namun juga peluang yang harus secara cerdik diantisipasi warga bangsa termasuk mahasiswa Indonesia yang sedang menimba Ilmu di luar negeri.
βBe competitive, karena hanya dengan daya kompetisi tinggi, kalian bisa menjadi pemenang. Namun begitu kalian juga harus mempererat akar kebangsaan bersama dan jangan sampai kehilangan jati diri sebagai bangsa. Sebab dengan jati diri yang kuat, maka kuat pula daya saing kita terhadap negara lain, saya yakin dengan cara ini kalian kelak dapat berkontribusi dalam Komunitas ASEAN 2015," kata Retno.
Teleconference juga dilaksanakan dengan Sesmenpora mewakili Menpora yang secara umum mengulas berbagai program Kemenpora dalam rangka mempersiapkan pemuda dan keolahragaan Indonesia bersaing dalam Komunitas ASEAN.
Dalam menanggapi kegalauan mahasiswa yang sepenuhnya memahami secara baik keberadaan ASEAN, Dubes Ngurah Swadaya menjelaskan banyak hal belum dapat berikan pemerintah kepada rakyatnya. Namun setidaknya sejumlah perbaikan sudah tampak, misalnya di bidang kesehatan melalui fasilitas BPJS. Begitu pula mengenai peran ASEAN yang dirasakan kurang dalam menangani sengketa di Laut Cina Selatan maupun belum optimalnya pelaksanaan kegiatan Sekretariat ASEAN.
Connie Rahakundini Bakrie dalam pemaparannya terkait stabilitas dan keamanan di kawasan, menyoroti berbagai potensi yang mengancam integritas territorial Indonesia. "Untuk itu, diperlukan peningkatan kompetensi dan kesejahteraan prajurit serta kesediaan alutsista mutlak diperlukan," jelas Connie.
Sementara Viktor Tarusyin secara umum menjelaskan tentang keberadaan lembaga bisnis Rusia-ASEAN yang diketuainya dan beberapa program kerja sama yang tengah berjalan.
Pada sesi kedua, Dr. Viktor Sumskiy dari ASEAN Center menjelaskan tugas lembaga yang dipimpinnya sejak 2010 dan berbagai program kerja dalam kerangka kerja sama Rusia β ASEAN. Sedangkan Fadhil Hasan dari GAPKI memaparkan kondisi industri kelapa sawit Indonesia yang menjadi primadona ekspor Indonesia, termasuk ekspor ke Rusia senilai USS 600 juta per tahun.
(rni/nrl)











































