Simposium Mahasiswa Indonesia Dibuka di Moskow

Ikrar Mahasiswa RI di Moskow

Simposium Mahasiswa Indonesia Dibuka di Moskow

- detikNews
Kamis, 07 Mei 2015 11:05 WIB
Simposium Mahasiswa Indonesia Dibuka di Moskow
Moskow, - Kampus Moscow State Institute of International Relations (MGIMO ) tanggal 6 Mei sejak pagi hingga sore bak milik Indonesia. Sejak pukul 08.00 pagi waktu setempat, ratusan mahasiswa Indonesia yang tersebar di berbagai pelosok Rusia maupun di belahan Eropa dan Amerika berpakaian nasional Indonesia memasuki auditorium tempat diselenggarakannya simposium "Persatuan dan Kesatuan Bangsa Menyambut Komunitas ASEAN 2015".

Simposium ini resmi dibuka pada Rabu (6/5) oleh Duta Besar RI untuk Rusia dan Belarus, Djauhari Oratmangun bersama Direktur ASEAN Center MGIMO, Dr. Viktor Sumsky dengan pemukulan gong. Selain menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu-lagu perjuangan yang dinyanyikan oleh para peserta, lagu Rayuan Pulau Kelapa dalam bahasa indonesia dan Rusia, dinyanyikan secara spontan sebagai rasa persahabatan mahasiswa kedua negara.

β€œSimposium akan berlangsung dari tanggal 6 hingga 8 Mei dan diselenggarakan sebagai wujud kepedulian mahasiswa di luar negeri terhadap isu nasional,” ujar Ofando, warga Permira, salah satu penggiat acara ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Simposium hari pertama dibagi dalam 3 sesi seminar kebangsaan. Sesi pertama diisi paparan Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Dr. Alfitra Salam, Sesmenpora Dirjen Gatot dan Staff Ahli Menpora melalui video conference Dr. Connie Rahakundini Bakrie, Direktur Eksekutif Institute of Defence and Security Studies. Viktor Tarushin, Direktur Eksekutif Russia-ASEAN Business Council dan Duta Besar Ngurah Swajaya dari Kementerian Luar Negeri juga memberikan paparannya paa hari pertama.

Sementara di sesi kedua diisi Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Palm Oil Producers Association, Dr. Viktor Sumsky dan Dr. Dessy Irawati dari Belanda. Sesi terakhir ditutup dengan pemaparan Dubes Djauhari Oratmangun yang membahas hubungan Indonesia dan Rusia. Simposium hari kedua ini akan diisi sidang komisi, guna merumuskan rekomendasi pertemuan.

β€œSaya sangat senang ikut simposium ini karena menjadi sebuah acara yang mengoptimalkan peran mahasiswa di luar negeri untuk membangun negaranya,” kata Nanang, delegasi dari Belgia.

Seusai pembukaan, dengan wajah ceria dan penuh semangat semua peserta dan pembicara mengikuti teleconference bersama Menlu Retno L.P. Marsudi yang didampingi Dirjen Kerja Sama ASEAN I Gusti Agung Wesaka Puja dan Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Ina Hagniningtyas Krisnamurthi.

Retno secara ringkas menjelaskan langkah-langkah pemerintah dalam memasuki komunitas ASEAN akhir 2015 bahkan ASEAN post 2015. Secara spesifik Retno mengingatkan bahwa dalam era komunitas ASEAN nanti tak hanya melahirkan tantangan namun juga peluang yang harus secara cerdik diantisipasi warga bangsa termasuk mahasiswa Indonesia yang sedang menimba Ilmu di luar negeri.

β€œBe competitive, karena hanya dengan daya kompetisi tinggi, kalian bisa menjadi pemenang. Namun begitu kalian juga harus mempererat akar kebangsaan bersama dan jangan sampai kehilangan jati diri sebagai bangsa. Sebab dengan jati diri yang kuat, maka kuat pula daya saing kita terhadap negara lain, saya yakin dengan cara ini kalian kelak dapat berkontribusi dalam Komunitas ASEAN 2015," kata Retno.

Teleconference juga dilaksanakan dengan Sesmenpora mewakili Menpora yang secara umum mengulas berbagai program Kemenpora dalam rangka mempersiapkan pemuda dan keolahragaan Indonesia bersaing dalam Komunitas ASEAN.

Dalam menanggapi kegalauan mahasiswa yang sepenuhnya memahami secara baik keberadaan ASEAN, Dubes Ngurah Swadaya menjelaskan banyak hal belum dapat berikan pemerintah kepada rakyatnya. Namun setidaknya sejumlah perbaikan sudah tampak, misalnya di bidang kesehatan melalui fasilitas BPJS. Begitu pula mengenai peran ASEAN yang dirasakan kurang dalam menangani sengketa di Laut Cina Selatan maupun belum optimalnya pelaksanaan kegiatan Sekretariat ASEAN.

Connie Rahakundini Bakrie dalam pemaparannya terkait stabilitas dan keamanan di kawasan, menyoroti berbagai potensi yang mengancam integritas territorial Indonesia. "Untuk itu, diperlukan peningkatan kompetensi dan kesejahteraan prajurit serta kesediaan alutsista mutlak diperlukan," jelas Connie.

Sementara Viktor Tarusyin secara umum menjelaskan tentang keberadaan lembaga bisnis Rusia-ASEAN yang diketuainya dan beberapa program kerja sama yang tengah berjalan.

Pada sesi kedua, Dr. Viktor Sumskiy dari ASEAN Center menjelaskan tugas lembaga yang dipimpinnya sejak 2010 dan berbagai program kerja dalam kerangka kerja sama Rusia – ASEAN. Sedangkan Fadhil Hasan dari GAPKI memaparkan kondisi industri kelapa sawit Indonesia yang menjadi primadona ekspor Indonesia, termasuk ekspor ke Rusia senilai USS 600 juta per tahun.



(rni/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads