Polisi menerima informasi bahwa ada penyelundupan burung di KM Tidar, Senin (4/5). Saat itu juga, mereka menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, tempat kapal tersebut bersandar. Razia pun dilakukan. Satu persatu penumpang digeledah.
"Ada satu orang yang kita pergoki membawa satu burung bayan dan kakatua jambul kuning. Burung itu dimasukkan dalam tempat makanan, lalu ditaruh di kardus," kata Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak AKP Aldy Sulaiman kepada detikcom, Rabu (6/5/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jumlahnya 21 botol, jadi ada 21 burung," jelas Aldy.
Di dalam botol, burung-burung tersebut tak bisa bergerak. Tak kelihatan apakah hidup atau mati. Dalam pemeriksaan, satu di antaranya dipastikan mati. Sisanya hidup tapi hampir kehabisan napas karena berada di ruang sempit selama perjalanan.
Kondisi menyedihkan itu diberitakan media asing, Daily Mail dan Telegraph. Media asal Inggris itu prihatin dengan kejadian tersebut. Kakatua termasuk hewan langka, seharusnya dijaga atau dilindungi, bukan diperlakukan secara sadis.
Karena tidak ada yang mengaku sebagai pemilik, ke-21 kakatua diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Nahas, belasan burung terlanjur sekarat akibat aksi brutal tersebut.
"Ada 11 yang mati," kata Kepala BKSDA Surabaya-Tanjung Perak, Doki Jati Widiarto, saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (6/5/2015).
Saat ini, sisa burung yang masih hidup dititipkan ke Lembaga Konservasi di Lamongan. Mulyono, pria yang diamankan karena membawa burung bayan dan kakatua, mengaku tidak tahu soal 21 burung yang 'disekap' di dalam botol tersebut. Benarkah pengakuannya?
"Kami masih mendalaminya. Untuk sementara, kami tahan dia karena membawa 2 burung. Untuk 21 burung lainnya, kami bekerja sama dengan Pelni dan KM Tidar untuk mengungkapnya," papar Aldy.
Penyelundupan seperti ini bukan yang pertama di Tanjung Perak Surabaya. Sebelumnya sudah ada 2 kejadian. Bisa jadi, kejadian serupa terjadi di tempat lain. Dan bukan tidak mungkin, jika penyelundupan terus terjadi, kakatua jambul kuning atau satwa langka lain akan punah beberapa tahun ke depan.
(try/rjo)