Pantauan di lokasi, Rabu (6/5/2015), rumah sakit seluas 96 meter persegi itu berdiri di desa yang dikelilingi oleh pegunungan Himalaya. Ada sekitar 40 ribu orang yang tinggal di wilayah yang berada di ketinggian lebih dari 3.000 mdpl tersebut.
Gempa 7,9 SR yang mengguncang Nepal pada 25 April lalu menyebabkan ratusan bangunan runtuh dan 20 orang yang tinggal di Satungal tewas. Tercatat lebih dari 200 orang mengalami luka-luka dan mengharapkan bantuan dari tim dokter Indonesia tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan peralatan itu, semua kasus bedah bisa kita tangani terutama kasus trauma atau patah tulang karena kita bawa bedah umum juga," kata salah satu anggota tim dokter, Meiky Fredianto di Kathmandu, Nepal.
Ruangan operasi berada di paling belakang tenda rumah sakit lapangan itu, dilengkapi pendingin ruangan dan diharuskan steril. Di depan ruangan operasi terdapat ruangan perawatan pasca operasi, sementara ruangan paling depan adalah ruangan persiapan operasi.
Sejumlah tempat tidur lipat terdapat di ruangan kedua, tampak pula tabung-tabung oksigen yang berjejer dengan peralatan operasi seperti pisau operasi, masker, jas operasi yang masih disimpan dalam kemasan box.
Di samping rumah sakit tersebut terdapat tenda untuk perawatan umum yang digunakan pula untuk penyimpanan logistik rumah sakit. Rumah sakit ini beroperasi mulai hari ini dari pukul 08.30 hingga 17.00 waktu setempat.
Rumah sakit yang bekerja sama dengan pemerintah Nepal dan RS Kantipur itu berada di tengah tenda-tenda sederhana pengungsi gempa Nepal. Sedikitnya ada belasan tenda sehingga warga setempat mengharapkan pelayanan rumah sakit dapat segera dilaksanakan.
(vid/aan)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini