Sabda Raja Sultan HB X dan Teka-teki Penyempurnaan 2 Keris Pusaka

Sabda Raja Sultan HB X dan Teka-teki Penyempurnaan 2 Keris Pusaka

Bagus Kurniawan - detikNews
Selasa, 05 Mei 2015 15:05 WIB
(Foto: Edzan Raharjo/detikcom)
Yogyakarta - Salah satu poin Sabda Raja yakni poin kelima yang dikeluarkan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X, adalah menyempurnakan Keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun.

Di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebenarnya ada tiga pusaka yang dianggap keramat yakni tombak Kanjeng Kyai Ageng Pleret, Keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek, dan Keris Kanjeng Kyai Ageng Sengkelat. Sedangkan keris Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun adalah keris yang biasanya diberikan kepada putra mahkota.

Hal itu saat Sri Sultan Hamengku Buwono IX saat menggantikan ayahnya Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Ia juga diserahi keris Kyai Joko Piturun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam butir kelima itu, Sultan HB X bersabda akan menyempurnakan keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun. Apa yang maksud dengan akan disempurnakan? Apakah keris tersebut akan diputrani atau dibuatkan duplikat atau akan ditambahkan keris pusaka lagi kepada yang akan menggantikannya?

Dalam filsafat Jawa, keris adalah senjata tradisional yang melekat kepada kaum laki-laki. Dilihat dari nama "Joko Piturun", keris tersebut biasanya diberikan kepada putra mahkota. Nama Joko sendiri sudah menunjuk kepada sosok atau figur seorang laki-laki.

Bila Sultan hendak menyempurnakan kedua keris tersebut, akan membuka ruang putri sulung Sultan HB X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun menjadi putri mahkota. Saat ini dalam Sabda Raja, Gusti Pembayun mendapat gelar GKR Mangkubumi. Nama Mangkubumi juga pernah disandang ayahnya yang pada masa kecil bernama Herjuno Darpito kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Mangkubumi dan kemudian naik tahta menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Nama Pangeran Mangkubumi juga pernah disandang pendiri Kasultanan Ngayogyakarta saat terjadi perjanjian Giyanti tahun 1755 yang saat itu Kraton Surakarta dipecah menjadi dua. Kasunanan Surakarta dengan gelar Paku Buwono dan Kasultanan Ngayogyakarta dengan Sultan Hamengku Buwono.

Adanya keinginan Sultan atau Ngarso dalem untuk melakukan penyempurnaan terhadap kedua keris itu Kyai Kopek dan Kyai Joko Piturun sampai saat ini belum diketahui. Apakah Sultan akan mengganti keris tersebut atau menambahkannya pusaka yang lain kepada calon penggantinya?

Yang jelas, keris Joko Piturun ini menandakan adanya isyarat semacam tongkat estafet kepemimpinan.

(bgs/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads