"Pihak panitia sengaja mendatangkan para pelayang dari Indonesia karena layang-layang yang ditampilkan memiliki keterkaitan yang kuat dengan seni dan budaya di negaranya," kata Minister Councellor KBRI di Perancis, Henry R W Kaitjily dalam siaran persnya, Sabtu (2/5/2015).
2 Pelayang asal Bali didatangkan untuk mewakili Indonesia yakni I Made Yudha dan I Wayan Duduk. mereka membawa layang-layang Jangang, Naga Babean dan Pecukan. Layang-layang ini dilengkapi dengan busur yang menghasilkan suara, termasuk layang-layang Bebean yang berbentuk ikan dengan kerangka dari bambu dan berukuran 3,7 x 2,4 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Warna layang-layang Bebean memiliki makna khusus yaitu putih menandakan kelahiran, merah kehidupan, dan hitam berarti kematian," ujarnya.
Kedua pelayang ini juga mempresentasikan cara membuat layang-layang Indonesia yang mereka miliki. Pengunjung festival sangat antusias menyaksikan. Untuk semakin memperkenalkan budaya Indonesia, di stand Indonesia juga dihadirkan kerajinan khas Bali yang berhasil mencuri perhatian pengunjung.
Dubes RI Paris Dr. Hotmangaradja Pandjaitan menyampaikan keinginanntya untuk membawa layang-layang Indonesia ke ajang festival layang-layang Internasional terbesar di Eropa pada Mei 2016 di Dieppe,
Prancis.
Tak hanya layang-layang asal Bali, pihak panitia juga ingin mendatangkan pembuat layang-layang juga tertarik ingin menghadirkan layang-layang daun asal Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Menurut catatan dari situs gua yang ada di kota Muna, layang-layang telah dimainkan oleh masyarakat Muna sekitar 4000 tahun yang lalu.
"Keunikannya layang-layang daun dibuat dari daun Kelope dan saat ini hanya beberapa orang di Kabupaten Muna yang dapat membuat jenis layang-layang ini," ujarnya.
Menghadirkan wajah Indonesia dalam festival layang-layang diharapkan bisa menjadi cara lain untuk memperkenalkan budaya dan keindahan Indonesia pada warga Perancis. Berdiplomasi dengan ikut serta dalam berbagai festival layang-layang ini diharapkan memicu pemerintah atau Yayasan Masyarakat Layang-layang Indonesia (YMLI) untuk lebih banyak menggali potensi anak muda Indonesia agar lebih banyak menghias langit Eropa.
"Berdiplomasi tidak selalu harus lewat kata-kata tetapi juga karya buah tangan para pelayang Indonesia mempromosikan Indonesia di mancanegara khususnya Prancis yang setiap tahun didatangi oleh sekitar 85 juta turis mancanegara," pungkasnya.
(bil/ahy)