Sultan Alidin Sukma kini tinggal di Solo, Jawa Tengah, bersama keluarganya. Kerajaan Kutaringin memang memiliki kedekatan dengan Kerajaan Surakarta. Selain karena ibu dari Sultan Alidin adalah cucu Pakubowono IX, suaminya yang merupakan Raja Kutaringin ke-14 Sultan Kesuma Anum Alamsyah pernah diangkat menjadi salah satu penguasa keresidenan di daerah Solo saat masa kemerdekaan dulu.
Istana Kuning sendiri terletak di Ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng, di Pangkalan Bun. Kerajaan Kutaringin merupakan pecahan dari Kerajaan Banjar. Setiap Raja Kutaringin hanya menggunakan gelar Pangeran ketika berhubungan dengan Raja dari Kerajaan Banjar. Gelar Sultan digunakan hanya untuk urusan internal birokrasi atau ketika berhubungan dengan kerajaan lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya adalah Pangeran Muasjidinsyah, adik dari Raja Kutaringin saat ini. Pria yang akrab disapa dengan sebutan Ama Pangeran tersebut kembali ke Pangkalan Bun pasca Istana Kuning terbakar pada tahun 1986. Ia tinggal di rumah yang berada di sebelah Istana Kuning.
"Ama itu yang dianut dari Pak Karno adalah jiwa nasionalismenya. Dulu Ama ikut berjuang melawan Belanda. Ayah Ama dulu diangkat jadi Wedana di daerah Surakarta oleh Bung Karno, tahun 1949 menyatakan bergabung dengan NKRI," cerita Ama Pangeran yang mengijinkan detikcom berkunjung ke rumahnya pekan lalu, Kamis (16/4/2015).
Sama halnya dengan Istana Kuning, rumah Ama tidaklah megah layaknya tempat tinggal anak Raja. Di dalam rumahnya tersebut, terdapat keris-keris peninggalan kerajaan terdahulu dan juga foto-foto leluhur Kerajaan Kutaringin. Salah satu foto yang dipajang adalah foto sang ayah berdua dengan Bung Karno.
"Kakak dinobatkan jadi Sultan ke-15 baru aja kemarin tahun 2010. Sultan nggak tinggal di sini karena fasilitas belum menunjang. Dulu waktu ikut NKRI kekuasaan bapak jadi Wedana di Solo, akhirnya belum dikembalikan. Sultan sekarang umurnya sudah 71 tahun, terakhir menjabat sebagai Kepala di Dinas Pariwisata," kata Ama.
Sosok Ama sendiri di Kobar dan wilayah Kalteng cukup punya peran. Dianggap sebagai tokoh daerah, hampir seluruh masyarakat sekitar menjadikan Ama Pangeran sebagai panutan. Pria yang pembawaannya santai ini dianggap berjasa di Kobar karena dapat merangkul suku-suku yang berselisih di wilayahnya.
Berkat Ama, kerusuhan yang melibatkan pertikaian antara Suku Dayak dengan Suku Madura tidak sedahsyat seperti di daerah Sampit. Pembantaian kedua kubu bisa diminimalisir. Oleh pihak-pihak birokrasi sendiri, Ama Pangeran juga sangat dihormati. Terbukti Ama dijadikan tim sukses Ujang Iskandar saat dulu maju sebagai Bupati Kobar di periode pertama.
"Sultan ke-9 dulu memindahkan Istana dari Kotawaringin Lama ke Pangkalan Bun. Beliau sudah punya pemikiran nasionalis. Kala itu ia bersabda siapapun saja bisa datang dan tinggal di sini tapi harus bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri. Sebab kalau tidak Dayak nanti dengan Madura, Bugis dengan Dayak main sodok," ucapnya.
Sabda Raja ke-9 Sultan Ratu Muhammad Imanuddin yang dimaksud Ama berbunyi sebagai berikut: Kudirikan Negeri Sukabumi Kutaringin Baru Pongkalan Bu'un (Pangkalan Bun) untuk anak-anakku, cucu-cucuku, keturunanku dan orang-orang yang mau berdiam di negeriku dalam pengkuan Kesultanan Kutaringin.
Atas perannya yang dapat menyatukan warga dari berbagai suku, Ama dipercaya menjabat sebagai Ketua Forum Pembauran Kebangsaan yang merupakan program Depdagri. Ada 24 suku yang terpayungi di forum tersebut, termasuk Tionghoa.
"Ama pernah dimintai Sultan Kertanegara untuk sampaikan kearifan lokal. Keadaan jaman sekarang dengan yang dulu jauh bagai bumi dan langit. Yang bedakan pempimpinnya, dulu perintah sultan, rakyat patuh. Sekarang eranya HAM, globalisasi tapi kebablasan. Ama mau ajak yang muda bukan back to nature tapi back to culture," tukas Ama.
Meski sesekali mengkritisi pemerintahan, Ama terlihat tetap rendah hati. Berbicara sambil tak henti-hentinya merokok, Ama mengaku memiliki kepedulian tinggi terhadap tanah air.
"Hubungan dengan Pemerintah terutama Pemda tetap baik, mencoba mengikuti aturan main tapi kekecewaan pasti ada. Ama vokal, tapi demi kebaikan. Ama bukan pejabat, tapi Ama ingin membela tumpah darah, apalagi tumpah darah leluhur Ama. Ama punya dasar, maju tak gentar membela yang benar," ucap Ama.
Ama memang terlihat sangat nasionalis. Terbukti ia memiliki tato bergambar Garuda di lengannya. Ia meminta pemimpin Indonesia bisa mengikuti jejak Presiden Soekarno.
"Bung Karno itu arif dan bijaksana. Kalau Ama itu Bejah Nderek Bung Karno. Makanya dari muda Ama ikut paham nasionalisnya beliau. Ikut berjuang bersama Soekarno di PNI, GMNI, GPM. Waktu itu Guruh pernah ke sini. Waktu Pak Jokowi datang ke Pangkalan Bun juga bertemu," ingat Ama.
"Kalau pimpinan nggak mau dikritik gimana, padahal salah. Ama sering lihat, muter aja terlalu rumit. Yang namanya adu argumentasi pada nggak mau dikalahin, padahal mereka baru anak kemarin sore. Ama kadang sesalkan kenapa generasi muda tidak berpikir positif," sambungnya.
Usia Ama memang sudah tak muda lagi, namun semangatnya membela kebenaran menular kepada setiap orang yang berbincang dengannya. Dengan rambut yang sudah memutih, Ama sebagai seorang anak Raja tak pernah memilih-milih bergaul dengan siapapun.
Hanya mengenakan baju kaos dan celana bahan, kadang bahkan sarung, Ama sering berjalan kaki di sekitar Pangkalan Bun. Tak jarang ia menyapa 'rakyat biasa' di pinggir jalan. Saat diundang menghadiri acara, tak pernah Ama mendapat penjagaan layaknya Pangeran-pangeran pada umumnya.
Sosok sederhana Ama itulah yang dicintai masyarakat Pangkalan Bun dan wilayah di sekitarnya. Tak heran Ama dianggap sebagai tokoh pemersatu. Namun yang sungguh disesalkan adalah, kurangnya perhatian pemerintah terhadap Kerajaan Kutaringin. Padahal sang Raja rela menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah Indonesia dan berjuang bersama untuk melawan penjajahan.
"Kami memang sudah nggak punya apa-apa, gara-gara kebakaran itu. Beda dengan Kerajaan Yogya yang masih punya banyak aset. Tapi yang penting tanamkan rasa ikut memiliki, saling menjaga, seperti falsafah Adipati Raden Aryo," tutup Ama sambil tersenyum.
(ear/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini