Melihat Istana Kuning Milik Kesultanan Kutaringin yang Eksotis di Pangkalan Bun

Melihat Istana Kuning Milik Kesultanan Kutaringin yang Eksotis di Pangkalan Bun

- detikNews
Sabtu, 25 Apr 2015 10:53 WIB
Pangkalan Bun - Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin, Pangkalan Bun, menjadi perhatian dunia setelah menjadi Posko utama SAR Pesawat AirAsia QZ8501. Di tengah kota kecil tersebut ternyata berdiri sebuah istana kerajaan milik Kesultanan Kutaringin yang tampak sederhana.

Berbeda dengan istana atau keraton kerajaan-kerajaan lainnya, istana Kutaringin yang dikenal dengan sebutan Istana Kuning itu tidaklah megah. Meski begitu, keindahan yang eksotis tetap terpancar dari Istana Kuning yang berada tak jauh dari Lanud Iskandar yang menjadi Posko Utama AirAsia beberapa waktu lalu itu.

Berkesempatan mengunjungi Istana Kuning pekan lalu, Kamis (16/4), detikcom diperbolehkan masuk ke dalam istana yang tidak dibuka bebas itu. Di halaman Istana Kuning tedapat 4 meriam yang dipajang di halamannya. Istana sendiri memiliki 4 bangunan yang terbuat dari kayu dan berbentuk rumah panggung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Istana Kuning ini merupakan Istana kedua Kesultanan Kutaringin dan dibangun saat kerajaan dipimpin oleh Sultan ke-9 Pangeran Ratu Muhammad Imanuddin (1805-1841). Kesultanan Kutaringin sendiri didirikan oleh Pangeran Adipati Antakasuma yang meruapkan salah seorang putra Raja Banjar IV Sultan Mus'tainubillah.

Sultan Kutaringin pertama itu meminta izin kepada sang ayah untuk membangun Kesultanan dan berjalan selama beberapa lama untuk mencari tempat didirikan kerajaannya. Setelah berkeliling untuk waktu yang cukup lama, Pangeran Antakasuma menemukan tempat yang cocok di mana lokasi tersebut terdapat banyak sekali pohon beringin.

Akhirnya dinamakanlah kerajaannya menjadi Kesultanan Kutaberingin, lalu menjadi Kutaringin, karena saat menemukan lokasi tersebut, Sultan pertama melihat pohon beringin membentuk kuta (pagar).

Awalnya, Pangeran Antakusuma mendirikan Istana di Kotawaringin Lama yang dikenal dengan nama Astana Al Mursari. Pada era Sultan ke-9, istana pun dipindah ke Pangkalan Bun dengan keraton bernama Indrasari Bukit Indra Kencana.

"Sultan Imannudin datang ke daerah sini saat ingin membangun istana baru. Dia berhenti di sebuah dermaga atau pangkalan dan bertanya 'pongkalan (pangkalan) siapa ini? Dijawab orang yang ada di situ, 'ini (dermaga) kepunyaan si Bu'un. Bu'un itu artinya mamak (orang Dayak). Akhirnya dia namakan Pongkalan Bu'un sekarang jadi Pangkalan Bun," cerita seorang kerabat Kesultanan yang menemani detikcom berkeliling Istana Kuning, Sayrani.

Empat bangunan di Istana Kuning menandakan asal dari istri Sultan Kutaringin ke-9 yakni 1 Dayak, 1 China, dan 2 Melayu. Bangunan paling kanan dinamakan Bangsal dengan arsitektur rumah Betang atau rumah khas Dayak, di sebelahnya Balai Rumbang (motif rumah China), dan 2 bangunan khas Melayu menjadi satu yaitu Keraton Dalam Kuning dan Balai Pahaderan.

"Dua istri Sultan Imannudin dari Melayu, Keratonnya di Dalam Kuning. Ini yang paling disukai Sultan, jadi satu dengan Balai Pahaderan," kata Sayrani.

Memasuki 2 bangunan tersebut, Balai Pahaderan terlihat lebih menyerupai aula. Sementara Keraton Dalam Kuning dulunya adalah tempat tinggal Raja. Saat ini di dalam Keraton hanya berisi barang-barang sisa peninggalan Kesultanan. Di tengah-tengah terdapat kain bercorak kuning hijau yang dipasang di tembok.

Ada tombak-tombak, guci, lukisan wajah raja-raja Kesultanan dari yang pertama hingga saat ini yang ke-15, dan juga kereta kencana terparkir di dalamnya. Meski terbilang cukup sederhana sebagai Keraton, aura mistis tetap terasa di dalam Istana Kuning ini.

Pada tahun 1949, bersama beberapa kerajaan di Nusantara, Kerajaan Kutaringin bergabung dengan NKRI. Pasalnya usai proklamasi kemerdekaan, pihak Belanda masih ingin kembali menjajah. Raja ke-14 Kutaringin Pangeran Kesuma Anum Alamsyah bersama istri dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil berangkat ke Solo.

"Sultan menghadap Bung Karno di Pendopo Agung Yogyakarta yang waktu itu Ibukota Negara dan menyatakan tekadnya mendukung NKRI dan menyatukan sistem pemerintahan Kesultanan Kutaringin bergabung dalam NKRI," urai Sayrani.

Oleh Presiden Soekarno, Sultan Kutaringin ke-14 lalu diangkat menjadi Wedana di daerah Sukoharjo, Karasidenan Surakarta. Saat itu pemerintah yang dipimpin Bung Karno berjanji kelak Sultan ke-14 akan dikembalikan ke daerah asalnya dan Kutaringin akan mendapat status daerah Istimewa seperti DIY dengan sebutan Swaparaja Kotawaringin. Namun janji tersebut tak pernah terwujud.

Raja Kesultanan Kutaringin saat ini bernama Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah yang naik tahta pada tahun 2010 menggantikan sang ayah, Raja ke-14 Pangeran Kesuma Anum Alamsyah. Sayangnya, Sultan saat ini tak bisa tinggal di dalam Kerajaan karena Istana yang belum memadai.

Istana Kuning yang dibangun Raja Imannudin hangus terbakar pada tahun 1986 lalu. Hanya sedikit barang-barang peninggalan Kerajaan yang berhasil diselamatkan. Istana pun kembali dibangun ulang.

"Dulu Istana kan nggak ada pagarnya. Orang bisa masuk sesuka hati. Banyak yang pakai untuk pacaran di bawah bangunan-bangunan, berbuat zina. Sampai ada orang yang agak kurang waras diperkosa di kompleks Istana," cerita Sayrani.

Perempuan yang agak kurang waras tersebut lantas naik ke atas istana dan menyalakan api sampai akhirnya Istana Kuning habis terbakar. Menurut Sayrani, peristiwa itu seperti pertanda dari Raja-raja sebelumnya yang telah wafat.

"Anehnya orang itu waktu sebelum bakar Istana ngomongnya seperti orang waras. Kata dia 'tempat ini sudah tidak suci lagi, lebih baik ak bersihkan seperti ini'. Ini kami anggap pertanda, mungkin kalau dibersihkan cuma pakai air noda-noda dosanya nggak akan hilang," tutur Syarani.

Pihak kerajaan pun masih menunggu Pemda membantu agar pembangunan Istana dapat diselesaikan. Sejak masa berdiri di Pangkalan Bun, kini Kerajaan Kutaringin hanya memiliki luas 2 hektar dari yang tadinya 42 hektar. Kebanyakan tanah Kerajaan digunakan untuk bangunan pemerintah dan pemukiman warga.

"Surat-surat bukti kepemilikan jaman dulu kan cuma secarik kertas aja. Ludes kebakar. Ini di depan Istana kan bangunan-bangunan pemerintah berdiri di atas tanah punya Istana, kita mau minta tapi untuk apa juga kalau belum bisa dibangun? Pemda nggak punya anggaran untuk Istana," ucap Sayrani sedih.

Saat ini Sultan Alidin Sukma tinggal di Solo. Keluarga Kerajaan Kutaringin memang banyak yang hidup dan tinggal di Solo sejak kecil karena Raja ke-14 Sultan Kesuma Anum menikah dengan cucu Pakubowono IX bernama B.R Ayu Subakdinah dan sempat menjadi penguasa di daerah Solo dengan menjadi Wedana.

Istana Kuning sendiri setelah terbakar tak lagi ditempati, dan kini hanya dijaga oleh adik sang Raja, Pangeran Muasjidinsyah. Pria yang akrab dipanggil dengan sebutan Ama Pangeran tersebut tinggal di sebuah rumah yang berada di samping Istana Kuning. Ia merupakan tokoh yang cukup disegani di Kotawaringin dan sekitarnya.

(ear/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads