Pengurus Mapala UMA, Hasrul Karim mengatakan tahapan itu berupa pengumpulan sampah kering, pembakaran, penyulingan dan hasil.
"Awalnya itu kita mengumpulkan sampah-sampah kering berupa plastik dan botol minuman bekas, lalu dijadikan satu di kaleng cat berukuran 25 kilogram hingga sampah itu padat," kata Hasrul di Mapala UMA Jalan Kolam, Medan Estate, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deliserdang, Sumatera Utara (Sumut), Rabu (22/4/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi selama 30 menit sampah itu terbakar, sampah itu menjadi uap, uap itulah yang berubah menjadi cairan berupa bahan bakar yang berguna untuk memasak pengganti minyak tanah, bisa juga untuk obor," kata Hasrul.
Untuk satu kilogram plastik itu bisa menghasilkan tujuh ons minyak. Hanya saja setelah dingin, bentuknya berubah menjadi seperti sabun colek.
Inovasi ini didapat Mapala UMA dari informasi teman yang menyebutkan bahwa sampah kering bisa dijadikan bahan bakar. Seterusnya mereka melakukan penelitian.
"Berdasarkan informasi itu, lalu kami coba penelitian itu di 2013 lalu, dan hasilnya sekarang itu bahan bakar, namun kami belum lakukan pengembangan lagi atas bahan bakar ini, kami juga belum tahu bahan bakar ini berjenis apa," kata Hasrul.
(rul/try)