"Secara umum publik setuju bisa dilakukan perombakan di Kabinet Kerja," kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha dalam paparan survei di Hotel Sofyan Betawi, Jl Cut Meutia, Jakpus, Minggu (19/4/2015).
Hanta memaparkan temuannya, yaitu 36% responden setuju dan 5,8% responden sangat setuju reshuffle. Jika disatukan maka 41,8% setuju reshuffle. Hanya ada 28 persen yang tidak setuju reshuffle. Angka ini gabungan dari kurang setuju (24,1) dan sangat tidak setuju (3,9%).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Hanta, data di atas menunjukkan bahwa masyarakat menilai Presiden Jokowi perlu melakukan pergantian menteri di kabinet kerja. Hal itu dipicu oleh ketidakpuasan publik terhadap kinerja pemerintah.
"Ketidakpuasan publik paling tinggi di bidang ekonomi (66,6%), disusul bidang hukum (55,6%) dan di bidang keamanan (50,7%)," papar Hanta.
Soal apakah menteri-menteri dalam bidang yang tingkat ketidakpuasannya tinggi tersebut yang harus direshuffle, Hanta enggan berspekulasi. Namun yang pasti menteri-menteri itu kinerjanya tidak memuaskan.
"Sebagai langkah ekstrim, bilsa diperlukan Presiden Jokowi dapat melakukan perombakan kabinet. Selain sebagai penyegaran, perombakan dilakukan untuk memperbaiki performa dan kinerja Kabinet Kerja," ucap Hanta.
(iqb/nrl)











































