Perdana Menteri Pakistan Mohammad Ali dan PM Sri Lanka Sir Jhon Kotelawala termasuk yang menentang keras rencana keikutsertaan Cina. Mereka khawatir negara-negara yang telah bergabung dengan blok Barat seperti Thailand, Filipina dan negara-negara Arab akan menolak untuk datang jika Cina disertakan.
Sebab pada masa itu, Cina disinyalir mendanai kegiatan subversif dan ilegal di sejumlah negara, termasuk penyusupan ideologi komunisme di kawasan Asia dan Afrika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perdana Menteri Burma U Nu termasuk yang menyokong usul ini. Bagi Nehru dan U Nu, corak partai komunis di Asia berbeda dengan komunis internasional di Barat. Partai Komunis di Cina dan negara-negara lain lebih dekat kebatinan budaya Asianya ketimbang Partai Komunis di Barat.
Nehru menegaskan, keikutsertaan Cina justru akan memperluas pergaulan dan cakrawala 'Negeri Tirai Bambu' itu sehingga dapat lebih berjarak dengan Rusia. Waktu itu Rusia dipandang agresif dan terang-terangan memusuhi negara-negara yang menolak kerja sama dengan Rusia. Karena kebijakan politiknya seperti itu, Rusia tidak diundang ke KAA.
Menurut Roeslan dalam buku 'Bandung Connection' yang terbit pada 1981, Nehru optimistis negara-negara Asia dan Afrika akan mampu menekan Cina dalam KAA agar menghormati janjinya sendiri dalam menjaga hidup berdampingan secara damai (peaceful co-existence), menghindari agresi, menghindari campur tangan dalam urusan dalam negeri negara-negara lain, dan menghormati integritas teritorial negara lain.
Sementara U Nu tegas menyebut Cina sebagai kunci untuk perdamaian di Asia karena geopolitik dan kekuatannya. Ketika Pakistan dan Sri Lanka berkeras menolak, U Nu pun mengancam dirinya akan mundur dari KAA. Akhirnya kedua negara itu setuju.
Di pihak lain, Indonesia sebagai salah satu pemrakarsa dan tuan rumah meyakinkan negara-negara Barat, KAA tak akan menjadi panggung bagi blok komunis. Salah satu trik yang digunakan adalah dengan menyelipkan puisi tentang Paul Revere dalam pidato pembukaan Presiden Sukarno. Roeslan-lah yang menyisipkan puisi tersebut.
Cerita lain tentang suasana KAA tahun 1955 bisa dibaca di Majalah Detik edisi 177 (20-26 April 2015).
(erd/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini