Hal itu disampaikan Kuasa Usaha Ad-interim (KUAI) Den Haag Ibnu Wahyutomo dalam sambutan pembukaan simposium Botanic Gardens in a Changing World di gedung Orangery Hortus Botanicus Leiden, Jumat (17/04/2015).
"Di samping itu juga sebagai tempat pemajuan penelitian, pendidikan, laboratorium tanaman, keberlanjutan lingkungan dan masyarakat, serta bagian dari mitigasi dampak perubahan iklim," ujar KUAI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebun Botani dalam skala besar dimiliki Indonesia, yang juga dikenal sebagai Kebun Raya Bogor. Kebun ini awalnya sudah ada sejak zaman Prabu Siliwangi, kemudian dihidupkan lagi oleh Belanda (1744), selanjutnya ketika Jawa dikuasai Inggris kebun ini mendapat lansekap bergaya Inggris atas perintah Gubernur Jenderal Stamford Raffles (1811).
Menurut KUAI, pemerintah Indonesia dalam hal ini telah mengeluarkan beberapa regulasi, antara lain Peraturan Presiden No. 93 tahun 2011 tentang Kebun Raya, dan telah mengesahkan UN Convention on Biological Diversity melalui UU No. 5 tahun 1994.
Dalam bagian penutup pidato pembukaannya, KUAI selain mengucapkan selamat atas perayaan 425 tahun Hortus Botanicus juga mengharapkan melalui simposium tersebut dapat semakin diperkuat kerjasama internasional dalam mengembangkan kebun sejenis ini di berbagai negara.
βMelalui kerjasama berbagai pihak, kita semua berharap dapat terus mewariskan keanekaragman hayati dan alam yang indah ini untuk generasi masa depan,β cetus KUAI.
KUAI mengharapkan suatu saat nanti masyarakat Indonesia dapat melihat tumbuh-tumbuhan khas Belanda seperti tulip, hyacinth, crocus atau narcissus dapat ditanam di Kebun Raya di Indonesia.
"Sama seperti yang kita lihat saat ini Hortus Botanicus Leiden juga telah memiliki koleksi tanaman-tanaman tropis termasuk tanaman Indonesia di bagian kebun kacanya," demikian KUAI.
Sementara itu Direktur Hortus Botanicus Leiden Dr. Paul J.A. Kebler menyampaikan mengenai sejarah Hortus Botanicus yang didirikan pada 1590 dengan Carolus Clusius sebagai prefectus (direktur pertama). Namun kini kebun botani menghadapi tantangan tidak mudah.
βSaat ini banyak kebun botani di berbagai negara menghadapi tantangan pada satu sisi, namun pada sisi lainn juga mempunyai optimisme untuk meningkatkan peran dan fungsinya,β papar Dr. Kebler.
Secara khusus, Dr. Kebler juga menyampaikan apresiasi atas kehadirian delegasi dari Indonesia dan KUAI RI dalam simposium. Dr. Kebler juga menjelaskan beberapa kerjasama antara Hortus Botanicus Leiden dengan Kebun Raya Bogor Indonesia.
Simposium ini diselenggarakan dalam rangka perayaan 425 tahun Hortus Botanicus Leiden, dan berlangsung selama dua hari (17-18 April 2015).
Hadir antara lain para direktur dan kurator Kebun Botani dari beberapa negara, ahli biologi dan tumbuhan, kelompok riset, akademisi, mahasiswa dan lainnya.
Para peserta berasal dari Indonesia, Belanda, Amerika Serikat, Italia, Turki, Inggris, Austria, Jerman, dan Belgia. Hadir mewakili Indonesia Direktur Kebun Raya Bogor Dr. Didik Widyatmoko, M.Sc.
Pada kesempatan itu Dr. Paul J.A. Kebler secara simbolis menyerahkan buku β425 Tahun Hortus Botanicus Leidenβ kepada KUAI RI dan narasumber kegiatan simposium. Buku tersebut dicetak dalam tiga bahasa: bahasa Belanda, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
(es/es)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini