"Kami masih terus evaluasi. Masih pada tahap fact finding. Kejadian-kejadian nyata, bukti-bukti nyata, kita kumpulkan baru kita evaluasi. Belum ada kesimpulan sama sekali," ungkap staf ahli KNKT, Ignatius Imam Basuki di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalteng, Kamis (16/4/2015).
Jika tahap fact finding usai dilakukan, KNKT pun nanti akan melibatkan negara-negara terkait dalam penerbangan pesawat rute Surabaya-Singapura itu. Meski begitu, sejumlah investigator dari negara-negara tersebut terus menjalin komunikasi dengan KNKT dan sesekali datang ke Indonesia berkenaan dengan proses investigasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Imam, margin kecelakaan pesawat di Indonesia sebenarnya sudah cukup menurun. Namun akibat jatuhnya QZ8501 akhir Desember lalu, marginnya kembali meningkat.
"Sampai tahun kemarin sudah rendah, karena ada (insiden) AirAsia jadi naik, korbannya banyak lagi. Penerbangan yang paling maju dibanding moda transportasi lain. Moral habit safety-nya lebih baik, tapi safety margin nggak mungkin jadi zero," tutur Imam.
Seperti diketahui, pesawat AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata, Kalteng, pada 28 Desember 2014. Setelah hampir 2,5 bulan proses SAR dilakukan, Basarnas berhasil menemukan 106 jenazah korban. Dari 106 jenazah itu, baru 99 jenazah yang sudah teridentifikasi.
(ear/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini