150 Tahun Lalu, Peluru Itu Bersarang di Kepala Abraham Lincoln

Laporan dari AS

150 Tahun Lalu, Peluru Itu Bersarang di Kepala Abraham Lincoln

- detikNews
Rabu, 15 Apr 2015 02:57 WIB
Peluru yang bersarang di tubuh Lincoln (Shohib/detikcom)
Amerika Serikat, - Abraham Lincoln (1809-1865) barangkali adalah presiden terbesar sepanjang masa dalam sejarah Amerika Serikat. Dia bukan saja menyelamatkan negeri itu dari ancaman disintegrasi akibat Perang Sipil (1861-1865), melainkan juga membebaskannya dari belenggu perbudakan.

Begitu banyak buku ditulis mengenai Lincoln sehingga menjadikannya salah tokoh dunia yang paling sering ditulis. Di Ford's Theatre Center for Education and Leadership, bersebelahan dengan gedung yang menjadi tempat Lincoln menghembuskan nafas terakhirnya, bertumpuk 15.000 buku tentang dia dengan judul berbeda-beda yang disusun menyerupai menara.

Lincoln ditembak pada tanggal 14 April 1865 pukul 22.15 saat menonton pementasan Our American Cousin di Ford Theatre yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari Gedung Putih. Sebuah peluru bersarang telak di kepalanya. Adalah John Wilkes Booth, seorang aktor panggung terkenal berusia 26 tahun, yang menembaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi Lincoln, Booth adalah oposisi biner sejati: seorang pendukung Konfederasi yang ingin memisahkan diri dari AS sekaligus penentang sengit dihapuskannya perbudakan. Maka bisa dibilang Lincoln adalah korban dari kesuksesannya.

Booth bukan satu-satunya yang mencoba membunuh Lincoln, tapi dia lah satu-satunya yang berhasil. Memanfaatkan statusnya sebagai aktor tenar dan kedekatannya dengan pemilik teater, Booth mampu menerobos masuk ke ruang petak tempat Lincoln menonton pentas dan memuntahkan sebutir peluru dari pistol Deringer ke bagian belakang kepalanya.

Dua belas hari kemudian, Booth mengalami nasib serupa dengan Lincoln: menjadi korban dari kesuksesannya. Dia dikirim ke alam baka oleh peluru tentara yang mengubernya sampai ke sebuah desa di bagian utara Virginia.

Charles A. Leale, ahli bedah militer yang juga menonton pentas dan tiba pertama kali di lokasi kejadian, segera menyadari gawatnya kondisi Lincoln. β€œLukanya mematikan. Mustahil dia bisa selamat,” ujarnya pedih.

Dr. Leale segera melakukan pertolongan pertama. Dalam kondisi tak sadar, nafas Lincoln yang tadinya kembang kempis kembali teratur. Tak lama kemudian datang Charles S. Taft dan Albert F. A. King, dua doktor militer, yang membantunya. Mereka lantas memindahkan Lincoln ke Peterson House yang terletak di seberang teater.

Para dokter itu menyadari luka Lincoln terlalu berat. Maka mereka tidak melakukan operasi maupun memberinya obat. Mereka hanya mengatur posisi kepala Lincoln sedemikian rupa supaya pernafasannya lancar. Benar saja, keesokan harinya pada tanggal 15 April 1865, Lincoln menghembuskan nafas terakhir pada pukul 07.21. Satu menit kemudian, denyut nadinya berhenti.

Health and Medicine Museum yang terletak di Silver Spring, Maryland, menyimpan memorabilia peristiwa tragis itu dalam sebutir peluruh, sejumput rambut, secuil tulang, dan seperangkat alat bedah. Peluru itu adalah peluru yang bersarang di kepala Lincoln. Sejumput rambut dan secuil tulang itu adalah milik Lincoln yang diambil pada saat diautopsi menggunakan alat bedah.

Menyaksikan bagian-bagian tubuh Lincoln yang masih tersimpan rapi hingga 150 tahun setelah mangkatnya itu mendatangkan suatu perasaan aneh: suatu keyakinan sumir bahwa sejarah bukan sekedar cerita yang tertulis di buku atau dituturkan lewat lisan, melainkan benar-benar ada dan dibuat oleh orang yang pernah hidup di masa lampau.


(bar/bar)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads