Buku '50 Tahun Indonesia dan Konferensi Asia Afrika' yang diterbitkan Departemen Luar Negeri (kini Kemenlu) menyebut bahwa dulunya Gedung Merdeka dibangun sebagai tempat minum kopi.
βGedung Merdeka di Jalan Asia Afrika 65 sekarang, dibangun pertama kali tahun 1895 sebagai warung kopi,β tulisnya seperti dikutip detikcom, Senin (13/4/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya gedung itu bernama Concordia karena didirikan oleh Societeit Concordia - semacam organisasi perkumpulan opsir Belanda - sebagai tempat hiburan dan bersosialisasi.
Pada masa itu Gedung Concordia menjadi bangunan paling terkenal di Bandung yang juga dikenal sebagai Paris van Java. Setiap sore dan akhir pekan gedung ini ramai dikunjungi oleh para pemilik perkebunan teh, karet dan kina.
Tak hanya megah dari luar, desain interior gedung ini pun cukup mewah kala itu. Sejumlah literatur menyebut lantai dansa dan ruangan umum terbuat dari marmer Italia. Sementara lantai di bar atau ruangan minum memakai eikenhout yakni kayu dengan kualitas melebihi jati.
Namun kini sejumlah interior itu telah berganti. Lampu-lampu hias kristal yang awalnya menerangi sejumlah ruangan sudah berganti lampu neon. Lantai eikenhout sudah diganti dengan tegel buatan Cimindi, Cimahi, Jawa Barat.
Saat Jepang berkuasa di Indonesia kurun waktu 1942-1945, nama Gedung Concordia berganti menjadi Dai Toa Kaikan. Tentara Jepang menggunakan gedung itu sebagai tempat pertemuan.
Setelah Jepang kalah dari Sekutu, Gedung Concordia digunakan sebagai pusat pemerintahan Kota Bandung.
Pada Maret 1946 meletus peristiwa Bandung Lautan Api. Para tentara Indonesia meninggalkan Gedung Concordia. Sejak itu Gedung Concordia kembali ke fungsi semula yakni tempat pertunjukan kesenian dan hiburan.
Sampai akhirnya pada 1954 pemerintah mengambil alih Gedung Concordia dan digunakan sebagai tempat digelarnya Konferensi Asia Afrika.
Presiden Sukarno kemudian mengganti nama Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka. Jalan Raya Timur - di mana gedung itu terletak - juga diganti menjadi Jalan Asia-Afrika. (baca juga: Ini Alasan Bung Karno Pilih Bandung untuk Konferensi Asia Afrika).
(erd/nrl)