Setiap harinya para pemulung sampah ini bergulat diantara kerumunan lalat dan belatung demi sesuap nasi. Seperti misalnya pengakuan Iman (35), pria asal Jawa Tengah ini hijrah dari kampungnya demi kehidupan lebih baik. Niat hati mengubah hidup, dia harus terjebak di TPST Bantar Gebang.
"Bukan pilihan saya untuk hidup seperti ini," ujar Iman di sela-sela mengais tumpukan sampah di Bantar Gebang, saat ditemui akhir pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kerja seperti ini menjadi biasa jika sudah belasan tahun. Toh apa yang kami lakukan ini halal. Nggak apa-apa harus kerja seperti ini yang penting dapur di kontrakan tetap ngebul," jelas Iman.
Dikatakan Iman menjadi pemulung itu tidak gampang. Setiap harinya ia harus bersaing dengan ratusan pemulung lainnya di TPST Zona 5 Bantargebang.
"Tak semua sampah plastik atau botol bekas minuman bisa dijual lagi, selain itu saya tidak sendiri di sini. Mas, sendiri bisa melihat mungkin ada ratusan pemulung yang mencari peruntungan disini. Belum lagi bahaya longsor setiap waktunya yang mengancam nyawa kami," tuturnya.
Hal yang sama juga diceritakan oleh Hadi (45), sudah hampir 10 tahun menetap dan bekerja sebagai pemulung di Bantargebang. Pria kelahiran Indramayu itu hanya mengenyam pendidikan SMP.
"Ya, sekarang ijazah SMP untuk kerja bisa jadi apa? Toh tidak salah juga dengan mengais sampah di sini," kata Hadi.
Hadi mengaku dirinya tak butuh mobil atau rumah, sebagai masyarkat tingkat bawah dia hanya butuh biaya hidup yang murah.
"Semuanya itu cuma janj-janji kosong, katanya bisa berobat gratis, katanya ada jaminan buat kami orang kecil tapi nyatanya apa? sama saja toh," tuturnya.
Hadi mengaku kehadiran mereka nyata tapi tak dihargai. Ya, maklum saja mayoritas pemulung di Bantargebang adalah kaum pendatang.
"Buat dapat itu semuakan harus punya KTP sini, tapi sudah belasan tahun disini saya tidak dapat mengurus pergantian identitas tempat tinggal alhasil cuma bisa gigit jari," tandas pria yang telah memiliki dua anak.
(edo/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini