Menu tersebut dipesan melalui salah satu teman Soekarno, Fadli Badjuri, yang masih satu keturunan dari pemilik Rumah Makan Madrawi.
Menelusuri lebih jauh tentang kisah 'sate KAA', detikcom mendatangi rumah Fadli yang berada di Gang Simpang, Dewi Sartika, Kota Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fadli tampak masih terlihat kuat di usia senjanya. Pria yang berusiaa 108 tahun itu juga masih menghisap tembakau. Sambil duduk, anaknya memasangkan alat bantu pendengaran. Maklum saja, karena sudah lanjut usia, saat berbicara Fadli harus menggunakan alat bantu.
Dia begitu antusias mengisahkan tentang pertemanan dirinya dan Soekarno. Sejak kuliah di ITB, Soekarno memang kerap membeli sate di RM Madrawi saat jam makan siang. Hingga akhirnya saat KAA, Soekarno memesan menu kepada Fadli.
"Waktu KAA itu, saya antar langsung untuk makan siang di rumah dinas Gubernur Jabar (sekarang bernama Gedung Negara Pakuan)," terang Fadli kepada detikcom, Sabtu (11/4/2015).
Sate dan menu lainnya diolah di RM Madrawi. Yang memasaknya adalah ibu dari Fadli. Sate ditusuk menggunakan tusuk bambu, kemudian dibakar terlebih dahulu di rumah makan yang berlokasi di samping Masjid Agung itu.
"Waktu disajikan di rumah dinas gubernur, diganti paki tusukan dari perak. Biar tidak cepat dingin. Waktu itu pesannya sekitar 50 tusuk. Itu untuk dia saja," kata Fadli.
Tak hanya Soekarno, para tamu negara lain juga menikmati santapan makan siang dari RM Madrawi. Seingat Fadli, yang saat itu menyantap makanan di rumah temannya yakni Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri Burma (Myanmar) U Nu, dan putra mahkota Raja Arab Saudi Faisal bin Abdulaziz.
"Makanan tersebut khusus dipesan oleh Soekarno. Kalau yang membayarnya waktu itu Ali Sastroamijojo (Perdana Menteri yang juga ketua Konferensi Asia-Afrika)," jelas Fadli.
RM Madrawi kini memang sudah tidak berjualan lagi. Rumah makan yang berlokasi di samping Masjid Agung tersebut kini menjadi kantor Satpol PP Kota Bandung.
(avi/ndr)