"Aki Ohen itu menemukan ya, saat sedang menggali sawah, bukan mencari batu," terang praktisi batu akik Garut, Asep Kuswara dalam perbincangan akhir pekan lalu.
Menurut pria yang sudah puluhan tahun menggeluti akik Garut ini, Ijo Ohen itu merupakan jenis batu yang ditemukan Ki Ohen. Batu berwarna hijau kristal seperti daun itu kini ya hanya beredar di kolektor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ijo ohen memiliki kekerasan di atas 7 mochs. Batu ini bahkan hanya menjadi cerita dari mulut ke mulut, karena hanya sedikit orang saja yang memegangnya.
"Silakan dicek ada tidak yang jual Ohen. Kalau ada hati-hati karena tak sedikit yang mengaku-ngaku," jelas pemilik usaha akik Kencana Gemstone di Jl Sudirman Garut ini.
Batu Ohen yang Asep tahu dikoleksi pejabat dan politisi itu pun ukuran kecil. Ada juga yang sudah dibawa ke luar negeri dan dijual di sana. Salah satu ciri batu Ohen yakni kejernihan batunya serta lapisan bongkahan di kapur yang halus.
"Batunya bening, lebih bagus dari Bacan atau batu hijau Garut yang ada. Seperti batu Garut umumnya, batu ini dari serat kayu, tapi lebih bagus, super kristal," tegasnya.
Ijo Ohen ditemukan dengan keberuntungan ketika Ki Ohen tengah menggali sawah dan terantuk pada sebuah batu hijau. Ibarat anugerah dari Tuhan, batu itu sempat dijual malah di zamannya, tetapi menurut Asep, keluarga Ohen hingga kini sampai sang penemu batu meninggal tetap menjadi petani.
"Batu Ohen dikoleksi pejabat dan orang berduit, tapi penemunya dan keluarganya tetap hidup jadi petani sederhana," tuturnya.
Soal kualitas batu Ohen ini tak hanya diakui praktisi batu di Garut. Pedagang di Rawa Bening, Jaktim pun mengamininya. Batu ini langka dan susah dicari. Akhir pekan lalu detikcom menyambangi Rawa Bening dan mencari Ijo Ohen, dan tak ada yang menjualnya. Batu itu sudah ada di tangan kolektor.
"Kalau Ohen halus banget, kaya kaca, warna juga lebih adem dari bacan. Itu yang bikin mahal. Yang beli pengusaha-pengusaha. Sekarang sudah jarang, karena langka. Dari sananya (Garut-red) juga sudah sulitlah," tegas Ivan pedagang akik di Rawa Bening yang membuka lapak lebih dari lima tahun mewarisi usaha orangtuanya.
(ndr/mad)