Jokowi meresmikan kantor transisi pada Senin (4/8/2014) silam. Kantor tim yang bertugas mempersiapkant transisi pemerintahan Jokowi-JK ini terletak di Jalan Situbondo Nomor 10, Menteng, Jakarta Pusat.
Tim transisi diketuai oleh kepala staf Rini Soemarno dan dibantu empat deputi yakni Hasto Kristiyanto, Anies Baswedan, Akbar Faizal, dan Andi Widjajanto. Selain itu ada tim penasihat tim transisi yaitu Jenderal (Purn) Luhut Pandjaitan, Jenderal (Purn) Hendropriyono, KH Hasyim Muzadi, dan Syafii Maarif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepak terjang tim transisi begitu nyata, Jokowi juga kerap menggelar rapat dengan tim transisi. Setelah Jokowi dilantik jadi presiden, semua mayoritas anggota dan penasihat tim transisi dapat posisi penting, tentu para tim sukses di semua parpol KIH juga dapat posisi penting.
Rini Soemarno ditunjuk Jokowi jadi Menteri BUMN, Anies Baswedan jadi Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan, Andi Widjajanto diangkat menjadi Seskab. Di level penasihat tim transisi, Luhut Pandjaitan diangkat jadi Kepala Staf Kepresidenan, Hasyim Muzadi jadi anggota Wantimpres. Sementara itu Syafii Maarif menolak jabatan, sedangkan Hendropriyono masih jadi orang penting yang memberikan nasihat ke Jokowi sampai kini.
Sebenarnya ada dua nama deputi tim transisi yang tak dapat jabatan penting di pemerintahan Jokowi-JK. Mereka adalah Hasto Kristiyanto dan Akbar Faizal. Namun setelah Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo diangkat jadi Mendagri, Hasto kemudian menjabat Plt Sekjen PDIP, sementara itu Akbar Faizal seolah mendapat ucapan 'good bye' dari Presiden Joko Widodo dan hanya duduk di kursi DPR RI dari Fraksi Nasdem. Meski demikian dalam rapat-rapat Komisi III DPR, Akbar sebenarnya belum meninggalkan Jokowi.
Namun demikian lambat laun ternyata Akbar Faizal 'sakit hati' juga. Puncaknya saat Luhut mengumumkan akan masuknya enam lulusan Harvard ke kantornya. Akbar langsung mengirim pesan bahwa tak ada lulusan Harvard dalam tim sukses Jokowi-JK, dia meminta agar deklarasi masuknya lulusan Harvard ke Istana dihentikan.
"Saya hanya minta kalian di sana berhenti melakukan hal yang tak perlu seperti deklarasi soal Harvard yang akan masuk Istana," tulis Akbar dalam komunikasi dengan Deputi Kepala Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho lewat grup perpesanan yang bocor di Twitter.
Lalu apakah jeritan Akbar Faizal bakal didengar Presiden Jokowi?
(van/nrl)