Adalah Abdul Aziz, pria asal Lombok yang menuntut ilmu di Universitas Darul Ulum. Dia sudah tinggal di wilayah Timur Tengah selama 5 tahun. Aziz terlebih dahulu belajar ilmu agama selama 3 tahun sebelum memberanikan diri untuk mendaftar di universitas.
"Mulanya tinggal di Zabit selama 3 tahun untuk belajar, baru ke Universitas Al Hudaidah Darul Ulum," ujarnya saat tiba di Common Lounge, Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tanggerang. Minggu(5/4/2015). Aziz termasuk dalam rombongan 110 orang yang dipulangkan Kemlu dari Yaman di kloter pertama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesulitannya yang dialami Aziz adalah dalam hal sosialisasi. Dia harus belajar bahasa lagi karena komunikasi di Yaman semuanya menggunakan bahasa Arab.
"Ada kadang kalau bergaul, ada yang keras kepala, ada juga yang baik dan akrab juga ada," ungkap Aziz tentang pergaulan di Yaman.
Situasi sulit juga terjadi ketika mulai terjadi konflik. Pria berusia 26 tahun ini menceritakan bagaimana keadaan di Yaman yang sangat tidak stabil. Mereka tidak akan pernah tahu kapan ada serangan itu terjadi di luar kampus.
"Saat perang terjadi, kita cuma bisa tinggal di kamar-kamar di asrama, kita lihat pas rudal meledak hanya cahaya terang dan suara yang terdengar," tutur Aziz.
Walau tidak terlalu merasakan efek dari serangan, tapi kondisi keamanan tetap mengkhawatirkan. Aziz mengungkapkan bahwa kampus hanya memberi akses keluar kampus tak lebih dari pukul 19.00 waktu setempat atau selepas maghrib.
Saat di Yaman, Aziz jarang berkonsultasi dengan keluarganya di Indonesia. Mahalnya biaya menjadi alasan sejak sebelum maupun sesudah konflik. Biasanya, ia hanya bisa menghubungi keluarganya 1 kali setiap 2 bulan.
Kini, Aziz sudah dipulangkan dari Yaman. Semangatnya untuk menuntut ilmu tetap tinggi, namun keluarganya di Tanah Air dan kekhawatiran akan situasi yang tentu menjadi alasan ia pulang saat ini.
(imk/bar)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini