Jokowi Nobar 'Cahaya dari Timur' dan Sentilan Politik Nasional

Jokowi Nobar 'Cahaya dari Timur' dan Sentilan Politik Nasional

- detikNews
Selasa, 31 Mar 2015 08:44 WIB
Jakarta - Tadi malam Istana Negara bertabur bintang, sederet aktris dan aktor papan atas lintas generasi bertandang menemui Presiden Jokowi. Acara tersebut merupakan peringatan Hari Film Nasional yang menjadikan pemerintahan Jokowi-JK ingin perfilman berperan sebagai lokomotif ekonomi kreatif.

"Saya ajak masyarakat Indonesia sebelum nonton film dari luar, nonton film Indonesia. Ayo nonton film Indonesia!" tutur Presiden Jokowi dalam sambutan di Istana Merdeka, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (30/3/2015).

Setelah seremoni-seremoni pemberian apresiasi kepada para sineas berprestasi, Presiden Jokowi nonton bareng sebuah film karya anak bangsa. Film itu bertajuk 'Cahaya dari Timur: Beta Maluku'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Film arahan sutradara Angga Dwimas Sasongko bercerita tentang kisah Sani Tawainela, mantan pemain Tim Nasional U-15 tahun 1996 asal Tulehu, Maluku. Dia kembali ke kampung halaman saat konflik berkecamuk dan dirinya gagal masuk ke squad tim profesional pada tahun 2000.

Akhirnya dia memilih untuk melatih sepak bola, agar anak-anak remaja di Tulehu dan Passo tak terlibat konflik. Rupanya upayanya berbuah manis selain membawa tim U-15 Maluku menjadi juara, kedua wilayah yang tadinya berkonflik pun menjadi satu.

Film ini berdasarkan kisah nyata sehingga tak ada nuansa propaganda politik praktis. Tetapi bersamaan dengan pergelaran tadi malam, ada peristiwa perebutan Ruang Fraksi Golkar DPR RI.

Tergambar pula dalam film ketika tim U-15 yang beranggotakan Salim, Syukur, dan Jago Fisky awalnya saling bertengkar. Mereka pun kerap kalah di awal kompetisi karena saling ingin menonjolkan daerah dan agama masing-masing.

Kondisi ini sedikit mirip dengan kondisi politik Tanah Air yang masih tersisa opini-opini Pemilu. Perpecahan pun terjadi di Partai Golkar dan PPP karena ada pihak yang ingin dukung pemerintah dan ingin oposisi bersama Koalisi Merah Putih.

Sebelumnya sempat pula ada perebutan kekuasaan di legislatif hingga pada pemilihan alat kelengkapan dewan. Semua ingin menonjolkan kelompok masing-masing dengan menduduki pucuk pimpinan.

Belum lagi memanasnya suhu politik antara Pemprov DKI Jakarta dengan DPRD terkait masalah anggaran. Layaknya penonton sepak bola, sejumlah masyarakat pun ada yang ikut-ikutan bersorak dan perang opini.

Pada film yang diputar semalam, tokoh Sani berhasil mempersatukan perpecahan dengan jargon: Beta Maluku. Kemudian perlahan tapi pasti tim itu memenangi pertandingan dan mancapai final.

Mungkin perlu pula ada figur 'Sani' di kancah politik nasional Indonesia. Sehingga hanya ada satu identitas yang melekat, tak memandang partai.

Jika tim yang dibawa Sani mampu menjadi juara setelah bersatu, dapatkah Indonesia menjadi negara maju setelah melakukan hal yang sama?

(bpn/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads