"Sebagai pusat komando Gedung Juang 45 merupakan pertahanan terakhir pejuang Indonesia. Ketika Belanda yang masuk merangsek masuk melalui Cakung hingga pertahanan pejuang Indonesia bobol dan mundur ke Kali Bekasi hingga akhir tertahan di Sasak Jarang yakni perbatasan Tambun dan Bulan Kapal, mulai saat itu Gedung Juang menjadi markas berkumpulnya pejuang Indonesia," tutur sejarawah dan budayawan Bekasi, Ali Anwar saat dihubungi, Sabtu (28/3/2015).
Saat itu sekitar tahun 1946 Jendral Soedirman bersama pasukan gerilyanya dari Yogya sempat singgah. Kehadirannya dimaksudkan untuk melakukan perundingan dengan Belanda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gedung Juang 45 dan Kali Bekasi pun menjadi saksi bisu di zaman penjajah. Lantaran banyak mayat bergelimpang yang gugur mempertahankan kemerdekaan hingga tetes darah terakhir.
"Setelah memasuki tahun 50-an yakni setelah perang, Gedung Juang dijadikan sebagai kantor Pemerintahan dan DPRD. Entah kenapa tadinya Tambun ingin dijadikan ibu kota Kabupaten Bekasi dan gedung Juang 45 menjadi Ikon pusat pemerintahan. Mungkin ada kebijakan dari sisi perkotaan akhirnya ibukota Kabupaten Bekasi di pindah ke kawasan Cikarang, setelah terjadi pemekaran Bekasi sekitar tahun 80-an Gedung juang menjadi terkatung-katung," tutupnya.
(edo/ndr)