Anak lutung ini terlihat shock dan ketakutan. Tubuhnya yang mungil terus memeluk tubuh induknya yang telah terbujur kaki. Anak lutung ini pun tak berdaya, dan akhirnya mati menyusul ibunya.
Peristiwa ini diketahui sekelompok mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di kawasan hutan Bukit Wangkang. Bahkan insiden penembakan ini terekam kamera seorang warga asing yang sedang berkunjung ke Bukit Wangkang ini. Warga asing ini berpapasan dengan seorang pemburu dengan senapannya menggotong tubuh hewan buruannya yang telah tak berdaya ini sembari menuruni bukit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sangat disayangkan, informasi perburuan lutung perak ini tak segera dilaporkan ke pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Sustyo Iriyono mengatakan pihaknya membenarkan adanya perburuan satwa langka ini di kawasan hutan Bukit Wangkang, Desa Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
"Memang benar adanya, mengingat kebiasaan masyarakat berburu di hutan, namun masyarakat awam ini tidak mengetahui hewan Lutung Perak ini dilindungi,sehingga tetap saja diburu," kata Sustyo kepada detikcom, Jumat (27/3/2015).
Sustyo menjelaskan hewan lutung di Kalimantan terdapat dua jenis yakni lutung perak (Trachypithecus cristatus) dan lutung dahi putih (Presbytis frontata). Dua satwa sejenis monyet ini tergolong langka dan terancam punah.
"Sampai saat ini belum ada laporan resmi dari warga ke Balai KSDA, namun adanya informasi awal ini pihak BKSDA akan segera menurunkan satgas penanggulangan konfliks satwa dengan manusia," tegasnya.
Satgas ini akan segera turun ke lapangan mulai hari ini untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
Sustyo menambahkan pihaknya belum dapat memastikan perkiraan jumlah populasi lutung perak di kawasan hutan Bukit Wangkang. Lutung perak lazimnya adalah satwa yang biasa hidup berkelompok, dengan habitatnya hidup di hutan dataran rendah.
Beberapa diantaranya mendiami rawa gambut dan tinggal di sepanjang aliran sungai. Selain itu, lutung perak ini hidup mendiami hutan primer, hutan pegunungan dan hutan sekunder daerah perbukitan dengan ketinggian hingga 600 meter dari permukaan laut.
"Upaya Balai KSDA Kalimantan Barat dalam mencegah terjadinya perburuan satwa liar diantaranya rutin memberikan edukasi kepada masyarakat melalui kegiatan penyuluhan dan sosialisasi terkait satwa liar yang dilindungi undang-undang, memberikan pelatihan animal handling/penanganan satwa kepada masyarakat dan petugas," jelasnya.
Balai KSDA Kalimantan Barat selama kurun waktu tiga bulan terakhir dari bulan Januari sampai Maret 2015, telah melakukan kegiatan penyelamatan satwa liar berupa satwa Orangutan sebanyak 8 Individu, satwa Buaya sebanyak 5 ekor, Satwa Beruang Madu sebanyak 3 ekor, Satwa Kukang sebanyak 4 ekor dan satwa jenis Ular Sanca sebanyak 5 ekor, Klempiau sebanyak 1 ekor.
Untuk satwa buaya yang diselamatkan langsung dilepas liarkan ke habitat aslinya sedangkan satwa yang lain dirawat di pusat rehabilitasi satwa baik di Yayasan IAR Ketapang, Yayasan Kobus Sintang dan Sinka Island di Singkawang.
"Perburuan liar adalah ancaman nyata satwa liar dan langka, dampaknya juga akan menimbulkan kerugian bagi manusia itu sendiri," imbuhnya.
(ndr/mad)