"Semua serangan ini terbukti kan sekarang ini. Selama ini dia (Denny JA-red) ngomong pluralisme tapi itu tidak terbukti. Semua itu dusta. Tapi kupikir Danny ini menggali kuburannya sendiri. Karena persoalan sastra biasa dijadikan seperti ini kan," ungkap Saut kepada wartawan di rumahnya Danunegaran, Mantrijeron, Kota Yogyakarta Kamis (26/3/2015).
Menurut Saut, Denny JA harus membuktikan diri sebagai seorang pluralis dengan menghargai perbedaan. Pluralisme selalu digembar-gemborkan Denny. Sementara kasus tulisan dia di laman facebook yakni kata bajingan terkait buku 33 tokoh sastra Indonesia, sebenarnya berawal dari ranah sastra dan kemudian dibawa ke ranah hukum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(bgs/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini