"Saya mau kunjungi Palyja sama Aetra. Saya mau meyakinkan direksi-direksinya agar tetap melayani masyarakat. Saya takut dia dendam, dia biarin saja ngeruk duit. Nggak mau layani masyarakat, gawat kita lima tahun," ujar Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (26/3/2015).
"Makanya kita akan datang sama mereka, kita akan awasi, kita juga akan ngomong," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nggak bisa ngapa-ngapain. Ini kan belum in cracht. Ini yang bahaya," kata Ahok.
"Karena begitu menang, sekarang ini Palyja bukan punya DKI, dia masih butuh banding. Kalau dia banding kalah akan bawa ke Abitrase Internasional. Itu bisa 2 sampai 5 tahun. Kalau kita menang, berarti 5 tahun baru dapat," sambungnya.
Sebelum ini, Ahok mengatakan pihaknya akan membentuk tim untuk mengambil alih kedua perusahaan tersebut. Meski begitu, Pemprov juga menyiapkan tim jika perusahaan asal Prancis dan Inggris itu melakukan banding. Pasalnya, proses akuisisi tak akan bisa berlangsung jika proses banding sedang berlangsung.
"Kita sedang bentuk tim untuk ambil alih (PT Palyja dan PT Aetra)," kata Gubernur DKI Basuki T Purnama di Balai Kota, Jalan Medan Merdekat Selatan, Jakpus, Rabu (25/3) lalu.
Meski begitu, ia mengatakan Pemprov DKI juga harus bersiap kalah banding dan membayar sejumlah uang. Jika kedua perusahaan tersebut benar akan melakukan banding, menurut Ahok, persoalan air di Jakarta akan tetap terkatung-katung.
(aws/spt)