Peristiwa ini terjadi sekitar empat bulan lalu. Ep, nama penyadap karet tersebut awalnya sedang beristirahat di pinggir gubuk Kali Seriang. Saat itu, siang menjelang sore terjadi hujan.
"Hujannya tidak besar cuma dibarengi angin dan petir," kata Usu, pekerja di sekitar perkebunan tersebut kepada detikcom, Selasa (24/3/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Besarnya empat jari tangan orang dewasa, warnanya putih kusam," terang Usu.
Batu itu menancap di pohon dengan kedalaman sekitar dua jari. Sehingga tidak sulit bagi Ep untuk mengambilnya.
Menurut cerita warga sekitar, ada tiga jenis batu petir. Ada yang berwarna merah, putih dan hitam. Para tetua setempat yakin, batu itu bisa memiliki tuah untuk menjaga api tidak meluas, bila terjadi kebekaran hutan.
Setelah itu, Ep membawa batu petir tersebut ke Usu dan rekan-rekannya. Mereka pun kemudian mengolahnya jadi batu cincin hingga beberapa ukuran. Ep pun mendapatkan satu cincin.
Batu petir itu kini menjadi tambahan koleksi Usu yang didapat di kawasan Musirawas. Sejauh ini, dia sudah memiliki koleksi raflesia junjung darajat dan lain-lainnya.
(mad/nal)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini