Dipelihara Mbah Jirah sejak kecil, anjing yang diberi nama Semut ini kini mata kirinya buta. Dia selalu mengikuti kemanapun Mbah Jirah. "Dulu saya bawa kalau jualan, saya taruh (Semut) di dalam tas. Dia ikut saya jualan," kenang Jirah.
Hal ini diceritakan Jirah saat ditemui detikcom di dekat rumahnya yang terletak di Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta, Senin (23/3/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jirah juga menceritakan alasannya memilih nama Semut. Terdengar aneh memang. Sambil tertawa kecil Jirah mengatakan karena bulu anjingnya berwarna hitam, maka dipanggilnya dengan nama Semut.
"Kan warnanya hitam, seperti semut hitam," kata Jirah.
Meski hidup sendirian, Jirah mengaku tak kesulitan memberi makan anjing yang diberinya nama Semut itu. "Yang saya makan, ya dimakan sama semut. Nasi, sayur, tempe," ujar Jirah.
Nenek yang masa mudanya menjadi pedagang buah-buahan ini bercerita dengan bahasa Jawa krama halus. Beberapa memorinya telah hilang, termasuk soal berapa lama dia tinggal seorang diri di gubuk reyot di lereng Merapi itu.
Selama detikcom berbincang dengan Jirah, Semut yang di beberapa bagian badannya botak karena sudah tua ini, terus berada di dekat tuannya. Sesekali dia berjalan-jalan mondar-mandir, lalu duduk di tanah di dekat kaki Jirah.
Anjing betina itu tampak kurus dan takut dengan kehadiran orang asing. Tiap akan didekati oleh orang asing, Semut akan berjalan mundur dengan ekspresi ketakutan. Tapi bersama Mbah Jirah, ia terlihat 'mesra'.
(sip/try)