Saat ditemui detikcom, Senin (23/3/2015), Mbah Jirah sedang duduk di dapur milik tetangganya Musimin (50). Musimin memang tetangga terdekat Jirah, jarak rumah keduanya sekitar 50 meter. Rumah Mbah Jirah terletak di Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta.
Tak sulit mencari rumah Mbah Jirah. Dengan ditempuh sekitar 1,5 jam dari pusat kota Yogyakarta, letaknya hanya sekitar 300 meter dari Jalan utama Dusun Turgo. Namun untuk mencapai rumah Mbah Jirah, harus melalui jalan berbatu-batu dan menanjak yang cukup curam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rambut putihnya dipotong pendek. Menggunakan kebaya dan berkain batik, Mbah Jirah menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan bahasa Jawa Krama.
Meski tampak sehat dan masih bisa berbicara lancar, namun nenek yang belum pernah menikah ini beberapa kali mengulang perkataannya. Kadang dia tak menjawab sesuai pertanyaan.
Saat ditanya sejak kapan dia tinggal sendirian, Mbah Jirah mengaku lupa. "Sudah lama, lupa tahun berapa," jawabnya sambil tersenyum lebar.
Rumah yang tak layak huni itu hanya berukuran 3x2 meter. Berdinding kayu, bambu, dan di sebagian sisinya hanya ditutupi kain spanduk kondisi rumah itu sangat lembab. Apalagi lantainya hanya tanah sehingga di musim hujan seperti saat ini, sangat tidak nyaman untuk ditinggali.
Sedangkan untuk urusan makan, Mbah Jirah bergantung pada hantaran makanan dari keluarga Musimin. Meski mengaku sehat, Mbah Jirah mengatakan dirinya kini tak memiliki tenaga cukup untuk bekerja.
Badannya memang kecil, namun di masa mudanya, Mbah Jirah mengaku kuat menggendong tumpukan buah-buahan untuk dijual ke kawasan Wisata Telaga Putri Kaliurang.
"Nggendongnya banyak, sampai tinggi (tumpukan buahnya). Jalan kaki, jalannya naik turun, kuat," cerita Jirah.
Namun kini Jirah mengaku lega, dia kini bisa meninggalkan gubuk reyotnya. Para warga sekitar sudah 4 hari ini membangun sebuah rumah sederhana berdinding batako di depan gubuk Mbah Jirah.
Rumah sederhana ini dibangun atas bantuan dari berbagai pihak, mulai dari Wakil Bupati Sleman dan komunitas sepeda gunung. Namun salah seorang warga yang ikut membangun rumah Mbah Jirah mengaku masih dibutuhkan beberapa bahan bangunan untuk menyelesaikan rumah Mbah Jirah.
"Semennya masih kurang, daun jendela, atap juga belum, kami kan bisanya bantu tenaga," ujar Mbah Jirah.
Selama ini, Mbah Jirah ditemani seekor anjing yang diberi nama Semut. Bagaimana kisah Mbah Jirah dan Semut? Simak cerita berikutnya.
(sip/try)