Masyarakat Jakarta mengeluhkan acara Car Free Day (CFD) yang semakin semerawut dan tidak nyaman. Untuk itu, pengamat perkotaan Yayat Supriatna meminta kepada Pemprov DKI mengevaluasi dan membuat CFD kembali menyenangkan.
"Masalahnya dari awal Car Free Day diberlakukan tanpa aturan yang jelas soal kegiatan apa yang boleh dilakukan di sana. Hal tersebut membuat CFD yang harusnya fun menjadi ajang pasar tumpah, ajang kegiatan politik dan ajang musik yang mengubah misi Car Free Day," ujar Yayat saat berbincang, Selasa (24/3/2015).
Yayat menjelaskan, Car Free Day merupakan tempat berinteraksi warga karena Jakarta kurang memiliki ruang terbuka hijau. Untuk itu, janganlah diganggu dengan ajang politik yang memprovokasi dan membuat niat orang berolah raga menjadi hilang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu apa yang harus dilakukan Pemprov?
"Perlu adanya pergub yang mengatur kegiatan mana yang boleh dan tidak. Kegiatan CFD itu harus diawasi, dipantau terutama kebersihan dan kerapihannya agar masyarakat nyaman," jawab Yayat.
Sebelumnya, Muhammad Rahaditya, salah seorang warga Jakarta, mengeluhkan makin tak nyamannya CFD. CFD tak lagi sebagai acara berolahraga, tapi juga sebagai tempat demonstrasi, berjualan dan juga lokasi untuk beriklan.
"Awalnya tahun 2007-2011 masih dirasakan kenyamanan CFD tersebut untuk olahraga lari, berjalan kaki atau juga bersepeda. Namun, sekarang ini CFD sudah beralih fungsi menjadi tempat demo, jualan dan lokasi iklan," ujar Rahaditya kepada detikcom, Senin (23/3/2015).
Rahaditya mengatakan saat ini demo dan juga orang berjualan mulai menguasai acara CFD. Apalagi tindak kejahatan seperti pencopetan juga kadang terjadi. "Di mana momen kenyamanan untuk olahraganya? Mohon Pemda lebih bisa fokus untuk memperbaiki kondisi ini," pintanya.
(spt/ahy)