Ciuman Terakhir Juragan Beras pada Si Bungsu

Korban Begal Sadis

Ciuman Terakhir Juragan Beras pada Si Bungsu

Elza Astari Retaduari - detikNews
Minggu, 22 Mar 2015 13:06 WIB
Jakarta -

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Begitulah yang terjadi dengan nasib juragan beras di Pasar Ciracas, Mamat Surahmat (55), yang tewas di tangan komplotan begal. Ciuman terakhir pada si bungsu akan menjadi kenangan tak terlupakan sepanjang hayat.

"Kalau firasat dari istri mengatakan Pak Rahmat malam sebelum kejadian ngobrol panjang lebar, nggak seperti biasanya dia rangkul anaknya yang paling bungsu," ungkap adik ipar Rahmat, Sukria Ramdhani, usai pemakaman di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Sabtu (22/3/2015).

Rahmat memiliki 3 orang anak. Dua anaknya, Ani Setiani (26) dan Dony Rahmat Setyadi (25) adalah anak dari istri pertama yang sudah meninggal sejak sekitar 5 tahun yang lalu. Sementara anak ketiga Rahmat yang bernama Zania Rachmawati (4) merupakan anak dari sang istri kedua, Nining.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anak bungsunya dipeluki sampai tidur, diciumi. Tidak seperti biasanya. Ngobrol sampai malam sama istrinya," kata pria yang akrab dipanggil Dhani itu.

Senada dengan Dhani, pegawai Rahmat yang bernama Johan juga merasa bosnya tersebut sudah menunjukkan sikap yang aneh. Selain memiliki usaha toko sembako, Rahmat juga mempunyai belasan angkot KWK 19 jurusan TMII-Terminal Kampung Rambutan. Johan salah satu sopir yang biasa membawa angkot Rahmat.

"Belum sampai sebulan ini, bapak bilang mobil angkot mau dijualin semua. Ada 11 angkot KWK 19 punya bapak," ingat Johan yang juga menghadiri pemakaman Rahmat.

Kepada Johan, anak ketiga dari 10 bersaudara itu mengaku capek mengurus usaha angkutan umum. Sehingga ia ingin menjual semua angkot yang dimilikinya.

"Bapak capek, katanya. Ini terakhir bapak bilang 'mobil saya mau jual semua'. Makanya tiap hari bapak SMS sama saya. Nanya mobil udah ada yang nawar belum," Johan menerangkan.

Bagi Johan, Rahmat merupakan sosok yang sangat baik sebagai seorang bos. Meski memiliki banyak pegawai, Rahmat adalah sosok yang sederhana dan humoris.

"Bapak kenal sama semua pegawainya. Walau nggak tiap hari ketemu sering komunikasi, SMSan gitu. Saya terakhir ketemu hari Jumat kemarin. Bapak orangnya suka ngobrol, humoris," tutup Johan.

Rahmat tewas di tangan komplotan begal saat pulang dari pasar menuju rumahnya di Gang Belly, RT 11/09, Cijantung, Jaktim, Sabtu (21/3) petang. Para pembegal menembak perut Rahmat dan membacok lengan kirinya dia berusaha melawan. Uang sebanyak lebih dari Rp 500 juta beserta kunci rumah dan KTP Rahmat berhasil dibawa kabur pembegal.

(ear/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads