"Sekarang kekurangannya (RAPBD) di mana, yang mendagri kita perbaiki, DPRD bisa lock, semua bisa dibuka, wartawan semua terlibat, Rp 12,1 triliun sudah diakui tidak masuk akal sudah dicoret," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Jumat (20/3/2015).
Dana sebesar Rp 12,1 triliun disebut siluman karena peruntukkannya yang tidak jelas. Misalnya untuk membeli Uninterruptible Power Supply (UPS) dan sejumlah alat yang belum mendesak dengan anggaran fantastis. Satu unit UPS misalnya dianggarkan sebesar Rp 6 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ahok setelah semua dilakukan secara transparan seperti saat ini, tidak ada lagi alasan DPRD menolak RAPBD DKI tahun 2015. "Lalu kalau masih ada wakil ketua tak mau tanda tangan berarti mereka menghambat APBD," kata mantan anggota Komisi II DPR RI itu.
Kalau pun ada pimpinan DPRD DKI yang menolak RAPBD 2015, maka akan dicatat oleh warga Jakarta sebagai penghambat pembangunan daerah.
"Orang akan mencatat ini, wakil ketua mana yang otaknya kayak begini ini agak beda sama kita semua. Silakan saja. Saya kira kalau begitu, presiden bisa perintahkan jaksa atau polisi sama dirjen pajak periksa saja," kata Ahok.
(erd/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini