Senin (16/3/2015) kampung Sinday, Pejagan, Lebak, Banten seketika ramai dan bersiap menyambut 2 orang menteri. βPasca robohnya jembatan yang menjadi akses kampung itu dan Desa Tambak, tiba-tiba daerah itu menjadi perhatian nasional. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimujono datang untuk melihat langsung kondisi jembatan dan siswa SDN 1 Pejagan, Lebak Banten.
Kedua menteri itu kompak mengenakan kemeja lengan putih dengan lengan yang digulung. Tak ada kesan formal, tak ada seremonial. Saat keduanya tiba, mereka langsung melihat kondisi jembatan yang sudah ditutup aksesnya oleh warga dengan kain berwarna kuning.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedatangan kedua menteri ini disambut antusias oleh warga dan pejabat desa. Sebut saja mantan Kepala Desa Tambak Suherman. Ia mengatakan musibah itu tak selamanya membawa kesedihan namun dalam kasus ini justru membawa berkah.
"Dengan adanya musibah, ini barokah karena desa kami diperhatikan. Karena nggak ada korban, dan karena ini akan jadi jembatan baru," kata Suherman saat berbincang dengan wartawan di desa Pejagan
Ia bercerita sejak dibuat tahun 1991, jembatan setinggi 15 meter dari permukaan sungai itu tak pernah direnovasi. Sekitar 5 tahun lalu, ia mulai merasa jembatan itu makin rapuh dan bisa setiap saat roboh. Perbaikannya selalu diajukan namun tak pernah dapat jatah perbaikan.
"Sudah diajukan perbaikan tapi ini (jembatan) selalu nggak kebagian," ucapnya.
Namun, musibah itu membuat Pemda langsung menggelontorkan dana Rp 200 juta untuk perbaikan jembatan. Dana itu diambil dari pos Bantuan Tak Terduga (BTT) dari APBD kabupaten Lebak. Ia pun berharap jembatan yang akan dibangun nanti dibuat lebih bagus dari yang ada saat ini.
"Harapan kami masyarakat jgn dibangun seperti sekarang tapi bawahnya bukan papan tapi pakai plat bordes besi. Jadi nggak goyang. Karena motor melintas dengan warga," ucap Suherman.
Sayangnya, saat dia mengutamakan harapannya pada Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya yang datang mendampingi para menteri, tak ada respon positif yang diterimanya. Iti berpikir bahwa jembatan itu hanya digunakan sementara hingga pembangunan Waduk Karian di wilayah itu mulai dibangun.
"Kami daerah terisolir dan tidak pernah mengeluh. Kami desa mandiri. Hanya perhatian tolong peningkatan jalan dengan rencana pemukiman waduk harian dan pembuatan sekolah minimal SD di Desa Tambak sehingga anak-anak takβ harus menyeberang sungai untuk sekolah," ucap Suherman.
(bil/kha)