Bagaimana tanggapan Ahok?
"Makanya itu ada main SKPD sama oknum DPRD. Teman saya di DPRD juga banyak, sebetulnya banyak yang baik-baik, yang main itu segelintir orang bukan semua anggota DPRD terlibat. Makanya dia selalu masukin saya cuma nggak bisa buktikan tapi ada pokirnya siapa. Ada oknum kita yang sudah main juga," ujar Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (16/3/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan Bupati Belitung Timur itu pun mempertanyakan untuk apa dinas mengajukan pembelian UPS dengan harga selangit. Pasalnya, bandara internasional yang canggih sedemikian rupa hanya menggunakan UPS seharga Rp 1,5 miliar paling mahal.
"Makanya ada main SKPD sama DPRD. Apa sih gunanya pakai UPS. Saya bisa kasih contoh di bandara-bandara canggih pakai UPS paling mahal Rp 1,5 miliar. Memang UPS yang dipasang secanggih apa sih. Made in Chaina Keilong apa segala macam diubah-ubah mereknya," kata Ahok.
Berdasarkan data evaluasi RAPBD 2015 dari Kemendagri yang diperoleh, terlihat ada anggaran Belanja Modal Pengadaan UPS/Stabilizer untuk BPKAD serta Sudin Kominfo dan Kehumasan Jaktim. Masing-masing mengajukan anggaran yang berbeda.
SKPD Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) menganggarkan Rp 1,5 miliar untuk penyelenggaraan sistem informasi dan teknologi pengelolaan keuangan daerah. Sementara Sudin Kominfo dan Kehumasan Jaktim mengajukan Rp 118.800.000 untuk membeli UPS bagi pengadaan dan pemeliharaan sarana komunikasi informatika dan kehumasan.
Jumlah ini memang lebih kecil dibanding angka yang diajukan oleh DPRD DKI untuk pengadaan UPS sebesar 5,8 miliar per unitnya. Tapi kehadiran UPS dalam evaluasi RAPBD 2015 dari Kemendagri cukup mengejutkan.
Mendagri Tjahjo Kumolo dalam dokumen evaluasinya menyatakan pelarangan untuk dianggarkan dalam Raperda tentang APBD 2015 kecuali bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik.
"Polisi sudah mengindakasi ada dugaan korupsi, saya kira polisi tangkap sajalah," pungkas pria tiga anak ini.
(aws/ndr)