"Bersama dengan tim di Sekolah Al-Jannah, seperti wali kelas, BK, tim inklusif, psikolog sekolah dan guru pendamping, kami senantiasa mengkondisikan siswa/siswi lainnya agar dapat memahami kondisi ananda Nadhira," ungkap Koordinator Humas Al Jannah, Yossi Srianita, dalam keterangan persnya di, Sabtu (14/03).
Atas kondisi Nadhira tersebut, pihak sekolah memasukannya ke program unit inklusif yang merupakan program untuk anak berkebutuhan khusus lengkap dengan fasilitas guru pendamping khusus. Yossi juga menyatakan murid-murid di SMP Al Janna dipastikan dapat menerima kondisi Nadhira sebab sudah terbiasa berteman dengan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Sabtu (07/03) adalah hari libur sekolah. Nadhira berada dalam pengawasan ibundanya yang pada waktu itu ikut datang ke sekolah untuk mengikuti rapat. Sementara Nadhira tidak sedang berada dalam pengawasan para guru, karena hari libur. Nadhira, sebagai siswi kelas IX juga tidak mengikuti pendalaman materi di kelas.
- Perginya Nadhira tidak dari Sekolah Al-Jannah (karena masih sempat meminta uang dan meminta izin ibundanya untuk pergi membeli makan), akan tetapi Nadhira dinyatakan hilang sejak keberadaannya diketahui terakhir kali di Rumah Makan Putra Minang yang berada di seberang sekolah.
- Menurut dua orang temannya, pada Sabtu pagi 7 Maret 2015 (sebelum Nadhira menghilang) Nadhira bertemu mereka. Nadhira bercerita masalah keluarga yang membuat Nadhira merasa terbebani. Setelah bercerita ananda Nadhira meminta temannya untuk menjaga tasnya, karena ananda ingin meminta uang kepada Ibundanya yang sedang rapat di gedung SMP (untuk membeli nasi padang). Setelah membeli nasi padang Ananda memanggil ojek dan tidak kembali lagi ke sekolah. Sehingga terakhir diketahui keberadaan Nadhira di Rumah Makan Putra Minang.
- Nadhira ditemukan di depan Stasiun Jakarta-Kota, Taman Sari, Jakarta Barat pada Jumat (13/03) sekira pukul 14.00 WIB.
(ear/rvk)