Seperti saat tim dari Jatanras Polda Metro Jaya pimpinan AKBP Herry Heryawan yang bekerjasama dengan pihak Imigrasi menggagalkan penerbangan satu keluarga dan tiga pemuda yang hendak terbang ke Suriah, Sabtu (27/12/2014), dengan menggunakan Qatar Airlines 959 transit Doha.
Dari rombongan tersebut terdapat satu orang anak yang diperkirakan berusia 10 tahun. Sebelum mereka diterbangkan ke Suriah, mereka ditampung di sebuah rumah di bilangan Cibubur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengungkapan terbaru adalah ditangkapnya 16 warga negara Indonesia di dekat perbatasan Turki-Suriah. Terdapat 11 anak dari tiga keluarga yang turut dalam rombongan tersebut.
Sumber terpercaya detikcom, Kamis (12/3/2015) menyebutkan bahwa 10 orang dari rombongan berasal dari Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Mereka berinisial Ririn (perempuan) dan tujuh anaknya yaitu QMH, NS, JFN, IW, ANI, ARR, dan AU. Sumber menyebut, satu keluarga ini merupakan keluarga dari MH, tersangka teroris yang tewas dalam penyergapan di Tulungagung.
Ditengarai pula terdapat salah satu keluarga dari salah seorang WNI yang tewas di Suriah, AH, bernama Tiara dan SHK (anak Tiara). AH tewas di Suriah saat bersama Ustad Siswanto asal Lamongan.
Sumber itu juga menyebutkan, terdapat satu keluarga asal Ciamis, Jawa Barat, yang terdiri dari pasangan suami istri dan dua orang anak. Mereka adalah Stanzah, Ifah (istri DS), serta Is dan AM. Keduanya adalah anak dari Stanzah dan Ifah.
"Berbeda dengan Afghanistan, kalau mereka ke Suriah membawa keluarga kemungkinan besar mereka akan menetap untuk mengubah nasib. Kalau di Afghanistan memang untuk belajar perang dan kembali ke Indonesia sehingga tidak membawa anggota keluarga," kata seorang perwira di kepolisian saat berbincang dengan detikcom, Jumat (13/3/2015).
(ahy/nrl)