Robohnya Jembatan Gantung Kami

Robohnya Jembatan Gantung Kami

- detikNews
Rabu, 11 Mar 2015 13:32 WIB
foto: Yasser Ali Harakan/detikcom
Jakarta - Warga kampung Pasir Eurih, Desa Tambak, Kecamatan Cimarga dan kampung Sinday, Desa Pajagan, Kecamatan Sajira, Kebupaten Lebak, Banten, selama ini menggantungkan harapan pada jembatan gantung untuk beraktivitas. Namun kini, akses penghubung dua kampung itu putus.

Peristiwa ini terjadi pada pukul 06.30 WIB , Selasa (10/3/2015) kemarin. Para bocah SD yang hendak berangkat ke sekolah dari Desa Tambak, Kecamatan Cimarga, menuju SDN 1 Pajagan, terjatuh ke sungai berbatu.

"Sebanyak 46 siswa SD dan sepasang suami istri yang sedang boncengan di motor jatuh dan mengalami luka-luka. Pasangan tersebut bernama Hendrik dan istrinya Masyithoh," tutur Yanto, seorang warga Pajagan yang masih berjaga di tenda Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski sempat terjatuh, anak-anak itu selamat. Namun satu orang dilarikan ke RSUD Ajidarmo Lebak karena mengalami benturan di bagian wajah dan giginya rontok.

Untuk sementara, warga yang ingin menyeberang sungai diangkut menggunakan perahu karet miliki BPBD Lebak. Aparat TNI, polisi dan pihak desa bahu membahu bergantian mengantarkan penduduk yang ada kepentingan untuk menuju kampung lainnya.

"Takutnya ada yang mau melahirkan atau kecelakaan maka kami bersiaga untuk membantunya nyeberang pakai perahu karet," imbuh Fahrudin.

Kondisi beberapa jembatan gantung di Indonesia, khususnya di desa-desa kecil, memang mengkhawatirkan. Kondisi di di Lebak hanya satu dari banyak cerita masyarakat yang menggantungkan nasib mereka pada jembatan reyot untuk beraktivitas sehari-hari.

Baru-baru ini, ramai diberitakan tentang warga di Desa Plempungan, Karanganyar, yang naik jembatan 'tipis' untuk menuju Desa Suro, Boyolali, Jawa Tengah. Mereka rela bergantian menaiki jembatan yang hanya beralaskan satu papan untuk menghemat waktu dan tenaga. Sebab, bila mereka tidak naik jembatan, harus memutar jalan yang jaraknya mencapai 8 kilometer. (kredit foto: Agoes Rudianto/Anadolu Agency/Getty Images)


Getty Images


Jembatan itu memiliki panjang 30 meter dengan lebar 1,5 meter. Posisinya 10 meter di atas sungai. Awalnya saat dibangun oleh Belanda, bangunan itu bukanlah berfungsi jembatan, namun kanal irigasi yang mengalirkan air ke sawah.

Namun entah dimulai kapan, kanal itu akhirnya berubah fungsi menjadi jembatan. Kini, anak-anak SD yang bersepeda maupun pria dewasa yang naik motor, melintasi jembatan tipis itu sambil mempertaruhkan keselamatan mereka.


Getty Images


Pada September 2014, heboh juga diberitakan tentang jembatan 'Indiana Jones' di Pandeglang, Banten. Jembatan yang lebarnya besar saat dibangun, lalu berubah jadi membahayakan setelah diterjang banjir.

Meski membuat miris, para siswa SD yang hendak sekolah sepertinya sudah biasa. Putri Safitri misalnya, siswi kelas 4 SD ini mengaku sudah terbiasa.





Dia berjalan perlahan saat melintas di jembatan itu. Putri dan teman-temannya melintas mencari air bersih di seberang jembatan. Biasanya untuk air mencuci pakaian dan mandi mereka mengambil dari air keruh di sungai. Untuk minum, mereka mesti membeli.

Bagaimana kondisi jembatan di wilayah Anda? Atau Anda pernah menemukan jembatan yang kondisinya mengkhawatirkan namun amat dibutuhkan sehari-hari oleh warga? Silakan kirim foto dan informasi Anda tentang jembatan tersebut ke redaksi@detik.com atau pasangmata.com. Jangan lupa sertakan kontak telepon.


(mad/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads