Dari Turki para WNI yang ingin bergabung dengan ISIS tersebut kemudian masuk ke Suriah. Muradi meminta pemerintah melihat modus baru bergabungnya WNI dengan ISIS yang memanfaatkan program tour travel religi ke Turki sebagai ancaman serius.
BNPT dan Polri harus secara terintegrasi dengan instansi lain melakukan langkah preventif agar modus tersebut tidak berkembang. Secara alamiah para WNI yang bergabung dengan ISIS itu akan kembali ke Indonesia dan berpeluang mengembangkan ajaran terorisme di tanah air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi menurut Muradi saat ini banyak program penawaran bagi WNI untuk berkunjung Turki. "Hilangnya 16 WNI yang mengikuti program tour travel ke Turki dan diduga bergabung dengan ISIS menjadi modus baru bagi sejumlah WNI yang bergabung dengan ISIS via Turki," kata dia.
Cara ini dilakukan karena pola dengan modus lama telah terendus dan teridentikasi oleh aparat keamanan. Beberapa waktu lalu sejumlah WNI yang ingin bergabung dengan ISIS tertangkap di Bandara Soekarno-Hatta dan bandara di Malaysia.
"Mereka sekarang memanfaatkan program tour travel, baik yang murni untuk wisata ke negeri dengan dua budaya Eropa-Asia tersebut maupun program umrah plus yang menjadikan Turki sebagai tujuan untuk berwisata sebelum atau setelah umrah," kata Muradi.
Sebagaimana diketahui selain Turki, tujuan wisata religi dan umrah plus yang dimiliki penyelenggara wisata religi adalah Mesir, Yordania dan sejumlah negara yang memiliki situs atau keterkaitan dengan sejarah keagamaan.
Menurut Muradi dengan menggunakan program wisata religi atau umrah dari tour travel tersebut, selain meringankan pengurusan dokumen, juga relatif murah dibandingkan mengurus sendiri.
Tingginya persaingan dalam bisnis penyelenggaraan wisata religi ke Turki membuat sejumlah perusahaan tour and travel memberikan potongan harga yang besar. Kondisi ini dimanfaatkan oleh WNI yang ingin bergabung dengan ISIS. Mereka masuk melalui Turki dengan visa on arrival.
Melihat dari sejumlah fakta tersebut Muradi mengingatkan agar pemerintah melihat modus dan pola baru ini sebagai ancaman serius bagi pergerakan dan mobilitas WNI yang bergabung dengan ISIS.
BNPT dan Polri harus secara terintegrasi dengan instansi lain melakukan langkah preventif agar modus tersebut tidak berkembang. Secara alamiah para WNI yang bergabung dengan ISIS itu akan kembali ke Indonesia dan berpeluang mengembangkan ajaran terorisme di tanah air.
"Dengan semakin banyaknyak WNI bergabung dengan ISIS tersebut, adalah bagian dari bom waktu bagi gerakan terorisme di Indonesia," papar Muradi.
(erd/nrl)