Sosialisasi Permainan Tradisional, Enggrang dan Gasing Eksis di CFD

Sosialisasi Permainan Tradisional, Enggrang dan Gasing Eksis di CFD

- detikNews
Minggu, 08 Mar 2015 11:51 WIB
Foto: Elza/detikcom
Jakarta - Permainan tradisional dalam dekade ini mulai tergerus menyusul teknologi yang kian maju. Agar tak hilang karena menjamurnya mainan gadget, sejumlah komunitas pun melakukan sosialisasi Gerakan Permainan Tradisional Indonesia.

Sosialisi kali ini dilakukan di Car Free Day di Jalan Jenderal Sudirman, Jakpus, tepatnya di sekitar Dukuh Atas, Minggu (8/3/2015). Beragam permainan nusantara disediakan bagi pengunjung CFD, mulai dari Enggrang, Congklak, Ketapel, bakiak, hingga Gasing.

Stand yang dipelopori oleh komunitas Omah Dolanan ini banyak didatangi pengunjung. Tak hanya ayah ibu yang membawa anak-anaknya, pengunjung yang tak bawa anak pun ikut bermain. Mereka mengaku teringat saat-saat kecil dulu di mana permainan tradisional merupakan kegiatan sehari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi inget waktu kecil dulu ya. Mainannya kayak gini, rame-rame asyik. Nggak kayak sekarang anak-anak autis mainan gadget," celetuk Sofyan (35) yang tengah mencoba enggrang.

Tampak ayah dan ibu mengajari cara permainan tradisional yang beberapa tak dikenal anak-anak mereka. Seperti laker, mobil-mobilan dari kayu yang fungsinya seperti skuter. Dengan gembira, para ayah mendorong anaknya dan saling balapan.

"Positif ya kegiatan ini. Sekalian saya juga ikut mainan karena dulu waktu kecil saya pengguna permainan-permainan seperti ini. Sayang ya kalau permainan tradisional hilang, jadi gerakan ini bagus sekali," ujar Nanang, seorang ayah yang khusus datang ke CFD membawa 2 anaknya karena ada sosialisasi permainan tradisional.

Sang anak, Alenda mengaku senang. Ia bahkan menyatakan lebih menyukai permainan-permainan tradisional dibanding mainan modern. "Sukaan mainan ini dari pada PS (playstation)," ucapnya.

Penggagas gerakan ini, Endi Aras mengaku concern pada sosialisasi permainan tradisional karena prihatin akan perkembangan jiwa anak dewasa ini. Menurutnya, jika permainan tradisional hilang, bukan hanya permainan itu sendiri yang akan hilang.

"Kami ingin anak kembali mengenal permainan tradisional dan orangtua juga bisa kembali terkenang masa kecilnya. Karena kalau permanian ini punah, nilai-nilai luhurnya juga hilang seperti sportivitas, kejujuran, keberanian, kebersamaan, kejujuran, kreativitas," ungkap Endi saat dikonfirmasi.

Endi dibantu pegiat permainan tradisional juga ikut mensosialisasikan permainan tanpa alat. Seperti tepak gunung, galaksin (gerobak sodor) dan lainnya. Di stand sendiri pun dijual mainan tradisional seperti gasing, perahu dengan penggerak api, bekel dll. Ada juga badut yang menghibur anak-anak.

"Ada ratusan permainan di galeri kami. Koleksi gasing seluruh Indonesia ada. Kami inventaris juga, supaya nggak diaku-aku negara lain. Bisa datang untuk melihat dan bermain di sana. Ini kan dari alam, permainan ini buat anak nggak cengeng dan manja. Soalnya kami lihat anak cuma main gadget, ketemu orang tua atau kakak adik jarang sosialisasi. Kami khawatir anak jadi egois," kata Endi.

"Makanya anak-anak sekarang kreativitasnya kurang, dulu daun saja jadi mainan. Pelepah pisang juga kan jadi tembakan, ada kulit jeruk dijadikan mobil-mobilan. Masalahnya orang tua sekarang tidak mengenalkan permainan ini, transfer informasinya terhambat. Karena permainan sekarang kan mungkin lebih mudah, praktis," sambungnya.

Gerakan kebangkitan permainan tradisional Indonesia dibantu oleh berbagai komunitas, antropolog, sosiolog, psikolog, dan semua yang memiliki concern yang sama. Bahkan artis Ratna Listi pun ikut terlibat, ia didapuk menjadi Duta Gerakan ini.

"Kami canangkan agar tahun ini jadi gerakan permainan tradisional Indonesia. Agar dapat perhatian dari pemerintah. Soalnya belum ada tanggapan dari pemerintah soal sosialisasi ini. Kami ingin masukkan permainan tradisional ke ekskul dan patri kegiatan pramuka. Kita ada petisinya juga dan pengumpulan 2015 tanda tangan, kalau sudah kami akan kirim ke Pak Jokowi supaya kita canangkan tahun ini," terang pemilik Omah Dolanan itu.

Ratna Listi sendiri mengaku ikut tergerak sosialisasikan gerakan ini karena prihatin dengan mulai hilangnya permainan tradisional, terutama di kota-kota besar. Ia bahkan selalu mengajarkan permainan-permainan tradisional yang dulu semasa kecil sering ia lakukan kepada anak-anaknya.

"Kita bantu memasyarakatkan gerakan ini. Kalau sekarang kan banyaknya gadget, sifatnya individual. Kalau permainan anak kan kebersamaan, ada unsur olahraganya juga bagus kan. Kalau gadget nggak banyak gerak, cuma duduk aja kurang sosialisasi. Aku ajari anakku juga. Waktu aku kecil aku suka bikin mainan dari kulit jeruk, macam-macam," tutur Ratna di lokasi yang sama.

Bagi Anda yang ingin mengajari anak-anak tentang permainan tradisional, stand Endi cs ini ada di CFD dengan jadwal 2 minggu sekali. Atau bisa langsung datang ke Omah Dolanan di Perumahan Taman Serua Blok A2 No.3-4, Bojongsari, Sawangan, Depok.


(ear/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads